Cek Fakta! Ternyata Minum dari Botol Plastik Dapat Meningkatkan Tekanan Darah

Cek Fakta! Ternyata Minum dari Botol Plastik Dapat Meningkatkan Tekanan Darah

Ilustrasi minum dari botol plastik--unsplash.com

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID -  Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan botol plastik untuk minum dapat berpotensi meningkatkan tekanan darah

Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kedokteran di Danube Private University, Austria, mengeksplorasi dampak dari apa yang mereka sebut sebagai "diet parsial plastik" terhadap tekanan darah pada sekelompok kecil partisipan. 

Hasilnya menunjukkan bahwa menghindari penggunaan botol plastik hanya selama dua minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Dalam studi ini, para peneliti meminta delapan orang dewasa yang sehat untuk berhenti minum dari botol plastik dan hanya mengonsumsi air keran selama 28 hingga 30 hari. 

Tekanan darah mereka diukur sebelum studi dimulai, setelah 14 hari, dan setelah 28 hingga 30 hari. 

Hasilnya menunjukkan perubahan yang signifikan, terutama pada tekanan darah sistolik di lengan kanan para wanita setelah dua dan empat minggu, sementara lengan kiri tidak menunjukkan perubahan signifikan. 

BACA JUGA:

Untuk partisipan pria, hasil pengukuran tekanan darah di kedua lengan tidak menunjukkan perubahan yang berarti, disebabkan oleh variasi tinggi di antara para partisipan.

Namun, setelah dua minggu, terdapat perubahan yang mencolok pada tekanan darah diastolik pada semua partisipan di kedua lengan. 

Meskipun studi ini belum membuktikan hubungan sebab-akibat dan didasarkan pada populasi yang kecil, peneliti menemukan tren yang signifikan yang menyoroti potensi bahaya dari penggunaan plastik.

Tekanan darah seseorang biasanya terkait dengan faktor-faktor yang sudah dikenal, seperti kebugaran fisik, pola makan, usia, jenis kelamin, dan predisposisi genetik. 

Namun, berdasarkan temuan penelitian ini, para peneliti mengusulkan bahwa partikel plastik yang bersirkulasi dalam darah mungkin juga memiliki dampak. 

Partikel-partikel ini diduga dapat berinteraksi dengan sel darah, mengaktifkan trombosit, menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, memicu respons inflamasi, dan akhirnya berkontribusi pada pembentukan plak.

"Untuk mengkonfirmasi hipotesis ini, diperlukan sampel yang lebih besar dari partisipan pria dan wanita, dengan pemantauan konsentrasi plastik dalam darah," tulis para peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal "Microplastics", dilansir dari Medical Daily.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: