Waspada! Inilah 7 Tindakan Pembullyan Orangtua kepada Anak yang Tak Disadari

Waspada! Inilah 7 Tindakan Pembullyan Orangtua kepada Anak yang Tak Disadari

Tanpa disadari terkadang orangtua suka melakukan pembullyan terhadap anak-anaknya.--Freepik

Tidak selalu dengan perbuatan, sikap orangtua yang sering menempatkan anak dengan posisi salah adalah salah satu pembullyan. Tindakan orangtua menyalahkan anak dengan maksud agar anak bisa memahami tentang rasa bersalah dan mendisiplinkan diri sendiri. 

Perilaku ini juga disebut sebagai guilt-tripping. Guilt-tripping adalah sejenis strategi manipulatif yang melibatkan mempermalukan atau menyalahkan seseorang agar mereka mematuhi permintaan. Tak jarang, hal ini dilakukan oleh orangtua pada anaknya tanpa disadari.

3. Pola asuh egosentris

Pola asuh egosentris biasanya tidak memperlakukan anak-anak dengan empati atau menunjukkan cinta tanpa syarat kepada anak-anak mereka.

Orangtua yang egosentris sangat berorientasi pada pencapaian dan prestasi anak sesuai keinginannya, tanpa mengetahui bakat dan potensi asli anak.

Orangtua dengan jenis ini juga kerap membuat anak merasa bahwa anak berutang budi karena paksaan secara emosional.

Maka dari itu, jenis pola asuh ini kerap kejam dan kasar terhadap anak-anak, sementara di depan orang lain akan bersikap berbeda.

BACA JUGA:

4. Menghina dan penindasan emosional

Penindasan emosional ditandai dengan ejekan, cemoohan, pengucilan, dan ancaman. Seluruh hal tersebut termasuk dalam tindak bullying pada anak. Dalam jangka panjang, penggunaan hinaan dan ancaman akan berdampak pada harga diri anak.

Tidak hanya itu, anak juga akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang rendah. Kasus terburuk bahkan akan menyebabkan anak terus menyalahkan dirinya sendiri.

5. Menyangkal emosi anak

Untuk membesarkan anak-anak yang bahagia dan puas, orangtua harus menjaga komunikasi tetap terbuka. Ini tidak hanya berarti memberitahu anak apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan, tetapi juga memberi mereka ruang untuk berbicara dan berbagi pendapat. 

Memastikan emosi anak akan membuat anak merasa aman dan dimengerti, yang memang menjadi tugas orangtua untuk membuat anak merasa demikian.

Sebaliknya, jika orangtua hanya menyangkal emosi anak, sang anak akan menderita dalam membangun kepercayaan diri. Tak hanya itu, anak juga akan tumbuh dalam perilaku yang membuatnya memendam emosi, alih-alih menyalurkannya secara positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: