Cek Fakta! Terapi Suara Burung Perkutut Bisa Sembuhkan Penyakit?

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Mendengar kicauan burung perkutut dipercaya bisa menyembuhkan penyakit, benarkah demikian? cek faktanya yuk.

Geopelia Striata adalah bahasa ilmiah dari jenis burung perkutut, dimana salah satu jenis burung yang kicauannya menghasilkan suara yang unik dan merdu.

Hingga kini belum ada bukti secara ilmiah yang menyebutkan dengan mendengarkan burung perkutut bisa menyembuhkan penyakit pada manusia, meskipun jenis burung ini memiliki banyak kelebihan dan keunikan.

Perlu diingat bahwa pengobatan penyakit pada manusia umumnya memerlukan intervensi medis. Seperti yang kita ketahui bahwa sembuh dari penyakit kita perlu meminum obat dimana sesuai dengan resep dokter.

Atau juga bisa dengan menjalani terapi, dan dalam kasus lebih buruk perlu adanya operasi jika memang diharuskan.

BACA JUGA:Waspada! Penyakit Mematikan Leptospirosis saat Musim Hujan, Ini Gejala yang Ditimbulkan

BACA JUGA:Jangan Anggap Sepele Endometriosis, Penyakit Rahim yang Sering Diabaikan

BACA JUGA:Mengenal Penyakit Gaucher, Ini Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

Mengutip pada keterangan Palpres.com, dari beberapa penelitian menjelaskan bahwa dengan mendengarkan suara burung berkicau dapat memberikan efek yang positif pada kesejahteraan dan kesehatan manusia.

Dimana suara kicauan burung bisa mengurangi tingkat stres, meningkatkan relaksasi, dan membantu dalam proses penyembuhan pada manusia.

Untuk beberapa hal mungkin akan berpengaruh, namun perlu diingat bahwa penyembuhan penyakit tertentu tidaklah tepat dengan cara ini.

Jika kamu mengalami penyakit atau keluhan kesehatan, disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis atau dokter yang kompeten. 

Burung perkutut memang dianggap memiliki beberapa sifat terapi seperti meredakan stres dan meningkatkan suasana hati.

Meskipun belum ada bukti ilmiah konkret tentang khasiat burung perkutut dalam penyembuhan penyakit, beberapa orang percaya bahwa kicauannya dapat memiliki efek positif pada tubuh dan pikiran manusia.

Sumber: