Didik Rachbini Kenang Memori Rizal Ramli: Tak Berhenti Jaga Demokrasi

Didik Rachbini Kenang Memori Rizal Ramli: Tak Berhenti Jaga Demokrasi

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID -  Didik Rachbini, ekonom senior mengenang masa kedekatannya dengan eks Menko Kemaritiman Rizal Ramli, yang menghembuskan napas terakhirnya pada Selasa, 2 Jnauari 2024 pukul 19.30 WIB di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Didik mengatakan bahwa Rizal Ramli sengaja memilih untuk berada di ekstrakurikuler pemerintahan dengan kapasitasnya arsenik ekonom, intelektual, yang berbicara dengan informasi dan informasi sistem politik.

"Karena tidak hendak masuk kepenting strategi dan bagaimanapun menempatkan dirinya berhasil luar, maka gerakannya terus-menerus danselamanya berilium penyerapan kritis, bahkan sangat kritis," jelasnya.

Ia pun teringat saat suatu pagi ketika Rizal Ramli masih menjabat Menteri Koordinator Perekonomian menelponnya untuk memberi apresiasi dan respek terhadap muatan ide di dalam tulisannya di harian Kompas tentang utang Luar Negeri.

BACA JUGA:

"Dulu jaman Orde Baru, kita tergantung kepada Utang Luar negeri sehingga ada sisi kurang berdaulat dan ada nuansa didekte dalam kebijakan ekonomi.  Saya sudah tidak ingat keseluruhan ide dari tulisan tersebut karena hari-hari berikutnya selalu ada saja artikel yang harus saya tulis," ujar Didik dalam keterangan tertulis, Rabu 3 Januari 2024.

Setelah itu, dia pun membaca kembali tulisannya. Menurut Didik, muatan tulisan itu cukup mendalam dan kritis. Di sisi lain Didik menyebut dirinya dan Rizal memiliki komunikasi bersifat akademik, intelektual sampai yang bersifat pribadi.

Maka dari itu, dia memahami betul gejolak di dalam dirinya untuk terus mengobarkan tidak hanya hal akademik dan riset, tetapi juga gerakan yang terus menonjol dalam aktivitasnya sehari-hari.

Setelah itu, dia pun membaca kembali tulisannya. Menurut Didik, muatan tulisan itu cukup mendalam dan kritis. 

"Dari percakapan bersifat pribadi dan persahabatan intelektual tersebut, maka saya dengan dasar sub-sub bab dari tulisan tersebut kemudian menjadi bab-bab di dalam buku yang berjudul Ekonomi Politik Utang," ungkap Rektor Universitas Paramadina ini.

Didik menceritakan, pada pertengahan 1990-an, Rizal Ramli mendirikan lembaga think tank Econit. Sementara dirinya dan rekan-rekannya mendirikan Indef. Pada masa itu, monopoli kebenaran hanya ada di kelompok ekonom pemerintah.

BACA JUGA:

Ia juga melihat Rizal Ramli merasa tidak memerlukan baju partai karena dianggap tidak memadai untuk menjaga, apalagi mendorong demokrasi. Karenanya, Didik melihat figur Rizal Ramli sebagai tokoh yang berpengaruh dalam menjaga demokrasi.

"Jadi Rizal Ramli selama hidupnya hanyut di dalam arus gerakan, yang menjadikan rumahnya markas diskusi dan sekaligus gerakan. Itu semua untuk satu tujuan kontrol terhadap demokrasi," jelas Didik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: