JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Lembaga kajian isu strategis, politik, dan sosial Indonesia Strategic Institute (Instrat) melakukan survei terhadap pendukung setia Anies Baswedan (Anak Abah) pada Pilkada Jakarta 2024.
Hasil survei menyebut 46,6 persen Anak Abah mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono pada Pilkada Jakarta 2024.
Analis Instrat Adi Nugroho mengungkapkan bahwa pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono memiliki elektabilitas yang lebih unggul dengan adanya pergeseran dukungan Anak Abah.
Dijelaskannya hasil survei sebanyak 78,84 persen "Anak Abah" telah menentukan pilihan dalam Pilgub DKI Jakarta 2024.
BACA JUGA:
- Malam Ini, Debat Pertama Cagub Pilkada Jakarta 2024, Polisi Kerahkan 1.634 Personel
- Keluarga Pendakwah Kondang Zainuddin MZ Dukung Pramono-Rano Karno di Pilkada Jakarta
"Dari mereka yang telah memilih, 46,6 persen menyatakan dukungan kepada pasangan Ridwan Kamil-Suswono, menjadikan mereka pasangan paling dominan di kalangan eks pendukung Anies," katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 6 Oktober 2024.
Sementara itu, sebanyak 29,22 persen Anak Abah mendukung pasangan nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel), dan 3,27 persen memilih pasangan nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun).
Ada pun sebanyak 21,16 persen sisa pemilih Anies menyatakan tidak memilih atau golput.
Soal elektabilitas, hasil survei lembaga tersebut mencatat pasangan RIDO masih memimpin dengan dukungan publik sebesar 48,29 persen, Di urutan kedua, pasangan Pram-Doel memperoleh 31,71 persen, sementara pasangan Dharma-Kun hanya mendapat 4,34 persen.
Selain itu, sebanyak 15,66 persen pemilih menyatakan belum menentukan pilihan.
BACA JUGA:
- Nomor Urut Pilkada Jakarta 2024, Pasangan Ridwan Kamil-Suswono 01, Dharma-Kun 02, dan Parmono-Rano Karno 03
- KPU Jakarta Izinkan Rano Karno Gunakan Nama Si Doel di Kertas Suara Pilkada Jakarta 2024
Lebih lanjut, survei juga menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Jakarta, yaitu 64,11 persen, yakin bahwa Pilkada 2024 akan selesai dalam satu putaran. Hanya 16,20 persen yang memprediksi pemilihan berlangsung dalam dua putaran, sementara 19,69 persen memilih opsi TT/TJ (tidak tahu/tidak jawab).
"Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kejenuhan masyarakat setelah proses politik yang intens, seperti Pileg dan Pilpres di awal tahun," katanya.
Adi menilai pemilih cenderung mengharapkan proses yang lebih cepat dan efisien, dengan keyakinan bahwa salah satu pasangan calon akan memenangkan suara mayoritas dalam satu putaran.
Di sisi lain, lanjutnya, para paslon perlu terus melakukan strategi kampanye yang efektif. Hal itu lantaran masih adanya 15,66 persen pemilih yang belum menentukan pilihan, dan total 23,26 persen responden menyatakan masih cukup besar (14,8 persen) dan sangat besar (8,46 persen) untuk mengubah pilihan.