Pernah Terkena Covid 19 Otak Bisa Menua? Hoax atau Fakta

Sabtu 28-09-2024,17:04 WIB
Reporter : Dimas Satriyo
Editor : Dimas Satriyo

JAKARTA,RADARPENA.CO.ID Studi terbaru dari University of Liverpool dan King's College London menunjukkan bahwa orang yang mengalami COVID-19 parah dapat mengalami perubahan otak yang setara dengan penuaan selama dua dekade. Penelitian ini mengungkapkan bahwa komplikasi neurologis ini bisa bertahan lama, bahkan setelah gejala pernapasan mereda.

Sars-CoV-2, virus penyebab COVID-19, diketahui dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk otak. Salah satu masalah kognitif yang sering dilaporkan oleh pasien COVID-19 adalah fenomena yang dikenal sebagai "brain fog" atau kabut otak. Meskipun banyak pasien melaporkan gejala ini, belum ada penelitian menyeluruh yang menjelaskan hubungan antara COVID-19 dan masalah kognitif, serta solusi yang efektif untuk mengatasinya.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, para peneliti meluncurkan Studi Neurosains Klinis COVID-19 (COVID-CNS). Dr. Greta Wood, penulis studi dari University of Liverpool, mengungkapkan bahwa banyak pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami gejala kognitif berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya bukti objektif mengenai gangguan kognitif dan potensi cedera otak.

Dalam penelitian ini, informasi dikumpulkan dari 351 orang yang pernah dirawat di rumah sakit karena COVID-19 parah, kemudian dibandingkan dengan hampir 3.000 peserta kontrol yang disesuaikan berdasarkan usia dan jenis kelamin.

BACA JUGA:Arti Istilah Ang Ang Ang yang Cukup Viral di Tiktok? Jangan Sampai Salah Penggunaannya

BACA JUGA:Terinspirasi dari Lirik Lagu, Film 'Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis' Ungkap Kegalauan Seorang Anak

Hasilnya menunjukkan bahwa baik pasien dengan komplikasi neurologis maupun yang tidak, memiliki kemampuan kognitif yang lebih buruk dari yang diharapkan untuk usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan mereka. Penemuan mencengangkan lainnya, kemampuan kognitif pasien COVID-19 parah setara dengan orang yang berusia 20 tahun lebih tua. Ini juga berlaku untuk mereka yang tidak mengalami gejala neurologis saat pertama kali terinfeksi COVID-19.

Ketika dilakukan pemindaian MRI 12 hingga 18 bulan setelah perawatan, pasien menunjukkan penurunan materi abu-abu di beberapa area otak. Materi abu-abu merupakan bagian penting yang mengandung sel saraf, sementara juga terdeteksi peningkatan kadar protein yang terkait dengan cedera otak.

Profesor Benedict Michael, penulis korespondensi, menjelaskan bahwa hasil ini menunjukkan dampak serius dari rawat inap akibat COVID-19 terhadap kemampuan kognitif. Penemuan ini mengindikasikan adanya biomarker cedera sel otak dalam darah dan penurunan volume daerah otak yang dapat diukur dengan MRI. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme biologis di balik perubahan ini, serta potensi dampaknya pada infeksi lain.

BACA JUGA:Siapa P Diddy Hingga Kasusnya Populer di Dunia Termasuk Hollywood?

BACA JUGA:Maggie Smith, Pemeran Professor McGonagall di Film Harry Potter Meninggal Dunia, Usia 89

Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini hanya melibatkan pasien dengan kasus COVID-19 parah. Oleh karena itu, hasilnya tidak bisa digeneralisasikan kepada mereka yang mengalami infeksi ringan. Studi ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, menambah wawasan kita mengenai dampak jangka panjang COVID-19.(***)

Kategori :