Parade Semarang Night Carnival 2024, Ajang Pamer Budaya Khas Ibu Kota Jawa Tengah

Minggu 05-05-2024,15:57 WIB
Reporter : Viza Aulia Zahra
Editor : Dery Sutardi

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Semarang Night Carnival (SNC) kembali diselenggarakan untuk merayakan ulang tahun ke-477 Kota Semarang pada Sabtu 4 Mei 2024.

Acara ini diselenggarakan dengan penuh semarak dan sukses menarik ribuan pengunjung yang memenuhi sepanjang rute karnaval dari Balaikota hingga Simpang Lima.

Acara ini menampilkan berbagai pertunjukan seni dan budaya, termasuk tari kolosal Niscala, Warak Ngendog, Rewanda, Barongsai, Elang, dan Wayang on the Street.

Semarak karnaval ini disambut dengan antusiasme tinggi oleh warga Semarang. Jalan-jalan dipenuhi oleh masyarakat yang ingin menyaksikan langsung kemeriahan acara ini. 

Para peserta karnaval beriringan sepanjang rute dengan beragam warna dan atraksi yang membuat penonton terkesima.

Empat unsur budaya khas Ibu Kota Jawa Tengah mendominasi perayaaan Semarang Night Carnival SNC 2024. 

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) nampak mengenakan busana yang menggambarkan ciri khas Kota Semarang. 

Tema yang diangkat dalam Puncak Perayaan Hari Jadi Kota Semarang ke-477 yakni “Niscala” yang memiliki arti kekokohan dan kekuatan. 

Niscala menggambarkan kekompakan dan kebersamaan warga yang berkolaborasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang untuk membangun Kota Semarang terus menjadi lebih hebat.

Sementara empat unsur budaya Kota Semarang yang ditampilkan yakni pertama ada Warak Ngendhog yang menjadi ikon Ibu Kota Jawa Tengah. 

Warak Ngendhog sudah menjadi warisan budaya tak benda oleh Kemendikbudristek. 

Kedua Elang Jawa yang saat ini habitatnya masih ada dan selalu dijaga. Elang Jawa sengaja diangkat agar semua pihak bisa terus menjaga dan melestarikan. 

Ketiga budaya akulturasi Kota Semarang yakni Barongsai. Barongsai dibawa oleh etnis Tionghoa ke Indonesia dan kini sudah menjadi salah satu bagian dari budaya Kota Semarang dalam mempererat toleransi. 

Kemudian yang terakhir Rewanda yang mengingatkan perjuangan Sunan Kalijaga mencari kayu jati di Goa Kreo untuk membangun Masjid Demak. 

Sunan Kalijaga dibantu oleh empat ekor monyet untuk menjaga kayu jati.

Kategori :