JAKARTA, RADARPENA.CO.ID- BMKG mengimbau masyarakat di wilayah Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Garut, dan sekitarnya untuk mewaspadai potensi longsor.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, getaran yang terjadi akibat gempa sangat mungkin mengakibatkan lereng-lereng itu menjadi retak-retak atau rapuh.
BACA JUGA:Dampak Gempa Garut, Puluhan Rumah Warga dan RS Rusak Parah dan Hancur
Kondisi tersebut menjadi berbahaya bila terjadi hujan sebab air hujan yang meresap dikhawatirkan akan mendorong massa tanah dan atau batuan menjadi longsor.
"Kepada masyarakat kami mengimbau untuk tenang, namun tetap waspada apabila turun hujan baik dengan intensitas sedang hingga lebat."
"Secara khusus, masyarakat yang bertempat tinggal di lereng-lereng bukit, perbukitan, gunung, ataupun pegunungan dan daerah aliran sungai karena berpotensi terjadi longsor dan banjir bandang," kata Dwikorita dalam jumpa pers via zoom, Minggu 28 April 2024.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak. Khususnya yang diakibatkan oleh gempa.
Ia meminta masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan, rusak sebagian, atau miring akibat terdampak gempa agar tidak menempatinya untuk sementara waktu.
Lalu memilih untuk tinggal di tempat yang lebih aman kokoh dan stabil.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal apakah cukup tahan gempa. Atau tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan, sebelum kembali ke dalam rumah," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Gempa Nasional, Daryono mengungkap gempa bumi tektonik berkekuatan Magnitudo 6.2. Ini yang mengguncang Kabupaten Garut dan sekitarnya adalah gempa utama.
BACA JUGA:Kamu Wajib Tahu Ini 5 Daftar Kuliner di Labuan Bajo
Hasil analisis BMKG menyimpulkan gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia.
Ini yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat, atau yang populer disebut sebagai gempa dalam lempeng.