JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Secara ilmiah, suara dengkuran merupakan hasil vibrasi atau getaran pada saluran napas bagian atas. Pada dasarnya mendengkur bukan suatu penyakit, melainkan dapat memicu sejumlah masalah akibat kurang tidur.
Dokter Klinik Pusat Layanan Kesehatan Universitas Airlangga (PLK Unair), Elfrida Fausthina Lani, mengungkapkan bahwa kebiasaan mendengkur disebabkan oleh menyempitnya saluran napas.
Namun jika dilihat dari kondisinya, mendengkur dibagi menjadi dua, yakni kondisi normal dan abnormal. Dokter Elfrida menjelaskan bahwa mendengkur norma terjadi ketika seseorang sangat kelelahan atau menderita penyakit ringan.
Pada kondisi ini apabila lelah maupun penyakitnya sembuh, kebiasaan mendengkur juga akan hilang. Sedangkan mendengkur yang tidak normal atau abnormal bisa dilihat ketika tidurnya cukup namun masih ngantuk berat.
BACA JUGA:
- dr. Zaidul Akbar Ingatkan Efek Samping Terlalu Sering Konsumsi Mie Instan
- 3 Makanan Ini, Jangan Dimakan dengan Mie Instan, Bisa Picu Penyakit Jantung
- Bekas Luka Membandel Ganggu Percaya Diri? Usir Sekejap dengan Krim Ini!
Lebih lanjut Dokter Elfrida mengatakan bahwa kondisi mendengkur yang tidak normal disebut juga dengan gangguan apnea tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA).
Penyebab terjadinya dengkuran ini ialah getaran yang timbul diantara langit-langit lunak dan pilar yang membatasi rongga orofaring.
Dengkur juga merupakan pertanda terjadi suatu sumbatan (obstruksi) pada sebagian saluran napas atas yang berasal dari usaha udara untuk melewati saluran yang menyempit tadi.
Dengan begitu, jika ada teman, kerabat maupun pasangan yang mendengkur ketika tidur, jangan dibiarkan tapi harus dibangunkan. Karena, bisa jadi dengkuran ini merupakan suatu gejala penyakit Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang bisa membahayakan kelangsungan hidup seseorang.
Gejala yang muncul akibat OSA ini ialah mendengkur dengan keras, sering mengalami henti napas dan kemudian terengah-engah, bernapas dengan berat dan berisik, kesulitan tidur di malam hari atau insomnia, berkeringat secara berlebihan di malam hari, sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil.
Sedangkan gejala yang muncul di siang harinya adalah rasa kantuk di siang hari, bangun dengan kondisi mulut kering atau tenggorokan terasa sakit, tidak merasa segar saat terbangun, merasakan sakit kepala setelah bangun tidur, konsentrasi dan daya ingat menurun, depresi, penurunan gairah seksual atau disfungsi ereksi pada pria, dan emosi yang tidak terkontrol.
Adapun penyebab terjadinya OSA ialah obesitas atau kegemukan. Seringkali dijumpai seseorang yang bertubuh gemuk atau besar akan mendengkur keras ketika tidur.
BACA JUGA:
- Mitos Atau Fakta? Tiduran di Lantai Sebabkan Paru-paru Basah, Simak Penjelasan dari Dokter
- Mau Rambut Hitam Alami Tanpa Repot? Cukup Gunakan Daun Ini
- Ketahui 7 Manfaat Komsumsi Salad Buah yang Baik untuk Tubuh, Bisa Jaga Berat Badan
Dan juga, kebiasaan buruk merokok juga bisa membuat saluran pernapasan terinfeksi akibat kandungan racun yang dibawa asap rokok.
OSA bisa terjadi pada siapapun juga. Secara jenis kelamin, hasil studi Indonesia menunjukkan pria lebih sering mengidap OSA ketimbang wanita dengan angka perbandingan 7:1. Tidak hanya itu, OSA juga bisa terjadi pada anak-anak yang diakibatkan oleh pembesaran amandel (tonsil).