JAKARTA, RADAREPENA.CO.ID - Setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk menyelesaikan kewajiban puasa yang belum dikerjakan, baik karena sakit, bepergian, atau alasan lainnya, yang disebut sebagai puasa qadha.
Namun, di bulan Syawal, bulan yang menyusul Ramadan, juga terdapat sunnah puasa enam hari pertama yang dikenal sebagai puasa Syawal.
Pertanyaan yang sering muncul adalah, mana yang harus didahulukan antara puasa Syawal dan puasa qadha?
Mengetahui Prioritas
Sebagian ulama berpendapat bahwa puasa qadha harus didahulukan sebelum puasa Syawal. Alasannya, karena puasa qadha adalah kewajiban yang belum diselesaikan, sedangkan puasa Syawal adalah sunnah yang dianjurkan.
Memenuhi kewajiban (fardhu) memiliki prioritas lebih tinggi daripada melaksanakan sunnah. Dalam Islam, menunaikan kewajiban adalah lebih utama daripada melaksanakan amal sunnah.
Prioritas Menyelesaikan Utang
Puasa qadha memiliki posisi yang istimewa dalam Islam karena merupakan kewajiban yang belum diselesaikan. Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya Allah wajibkan bagimu puasa pada bulan ini (yakni Ramadan), dan aku telah wajibkan bagimu untuk mengakhirinya dengan sujud." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Ini menunjukkan pentingnya menyelesaikan kewajiban puasa Ramadan sebelum melaksanakan puasa sunnah lainnya.
Keistimewaan Puasa Syawal
Meskipun demikian, puasa Syawal memiliki keistimewaan tersendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa berpuasa Ramadan kemudian menyusulnya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti berpuasa sepanjang masa." (HR. Muslim).
Puasa Syawal adalah kesempatan untuk mendapatkan pahala yang besar, karena setiap hari puasa Syawal dihitung seperti berpuasa sepanjang tahun.
Menyeimbangkan Antara Keduanya
Bagi mereka yang memiliki kewajiban puasa qadha yang belum diselesaikan, disarankan untuk mendahulukan puasa qadha tersebut sebelum melaksanakan puasa Syawal.