Menilik Sejarah Berkirim Parsel di Indonesia yang Jadi Tradisi Jelang Hari Raya

Selasa 26-03-2024,12:33 WIB
Reporter : Marta Saras
Editor : Lebrina Uneputty

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Menyambut momen hari Raya Idul Fitri tidak lengkap jika tidak dibarengi dengan hantaran seperti Parsel ataupun hampers.

Masyarakat Indonesia sendiri memiliki beragam tradisi untuk menyambut lebaran. Salah satunya adalah saling mengirimkan hantaran seperti parsel atau hampers untuk sanak saudara dan kerabat.

Tradisi mengirimkan bingkisan atau sering juga disebut hampers dan parsel sekarang ini, ternyata bisa dirunut jauh hingga masa Jawa Kuno melalui istilah ‘ater-ater’.

Istilah ‘ater-ater’ sendiri seringkali dikombinasikan dengan kata ‘panganan (pasugatan,bojana)’ sehingga menjadi ‘ater-ater panganan’.

BACA JUGA:

Istilah tersebut merujuk pada aktivitas mengantarkan atau membawa makanan dari seseorang atau suatu keluarga ke orang atau keluarga lainnnya pada waktu tertentu, dengan maksud tertentu.

Mengutip dari berbagai sumber, tradisi saling berkirim parsel Lebaran ternyata sudah ada sejak lama. Namun, istilah hampers mulai banyak dikenal sejak abad ke-11, tepatnya usai Pertempuran Hastings.

Dahulu, hampers memang digunakan untuk menyebut keranjang yang terbuat dari anyaman. Dalam keranjang tersebut berisi makanan dan anggur yang digunakan sebagai bekal untuk mengembara.

Seiring dengan berjalannya waktu, tepatnya pada 1800-an, terjadi revolusi industri yang membuat hampers mulai digunakan sebagai bingkisan pada perayaan Natal.

Pada abad ke-19, tradisi ini semakin meluas karena saat itu keluarga kelas menengah atas, keluarga Victoria, menjadikan hampers sebagai bingkisan mewah.

Sumber lain menyebut, pada masa penjajahan Belanda, sejarah hampers diperkenalkan sebagai hadiah untuk para pekerja perkebunan.

Saat itu, isi keranjang hampers berupa bahan makanan atau produk-produk hasil bumi. Hampers tersebut diberikan kepada para pekerja sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka.

Setelah Indonesia merdeka, hampers masih terus digunakan sebagai hadiah untuk berbagai acara, seperti pernikahan, ulang tahun, atau acara perusahaan. Isinya pun semakin beragam, seperti produk makanan, minuman, kosmetik, atau barang keperluan sehari-hari.

BACA JUGA:

Pada masa kolonial, kue-kue kering seperti nastar, kastangel, lidah kucing, dan putri salju dalam kemasan stoples mulai dikenal dan dijadikan hantaran Lebaran yang diberikan keluarga Eropa untuk keluarga pribumi priyayi. 

Kategori :