JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Para ilmuwan baru-baru ini telah membuat langkah maju yang signifikan dalam memerangi kasus HIV dengan menghilangkan virus dari sel yang terinfeksi menggunakan teknologi gen CRISPR yang telah menangnkan hadiah Nobel.
Teknologi gen CRISPR bekerja seperti gunting tetapi pada tingkat molekuler. Teknologi ini akan bekerja dengan cara memotong DNA sehingga bagian yang buruk dapat dihilangkan atau dinonaktifkan.
Temuan awal ini, dipresentasikan oleh tim ilmuwan dari Universitas Amsterdam pada konferensi medis, menunjukan bahwa CRISPR dapat menjadi sebuah alat yang menjanjikan untuk melawan HIV.
Dr James Dixon, pakar HIV dari Universitas Nottingham, menekankan bahwa penelitian ini perlu dilanjutkan untuk memastikan efektivitas dan keamanan CRISPR dalam menjalankan terapi HIV.
“Dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menunjukkan hasil tes sel ini dapat terjadi di seluruh tubuh untuk terapi di masa depan. Akan diperlukan lebih banyak pengembangan sebelum hal ini diberlakukan pada penderita HIV,” ucapnya, yang dikutip melalui BBC, pada Jumat, 22 Maret 2024.
BACA JUGA:
- Program Mudik Gratis yang Digelar Oleh Ditlantas Polda Lampung Rute Yogyakarta dan Solo, Yuk Segera Daftar!
- Tuban Diguncang Gempa Skala M6, 1 Getarannya Sampai ke Surabaya
- Terbuka Lebar! Peluang Karir dan Biaya Masuk Sekolah Kedinasan 2024: Masa Depan Dijamin Cerah!
Namun, para peneliti menegaskan bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal dan belum menjadi solusi permanen untuk HIV. Teknologi CRISPR berhasil menghilangkan HIV dari sel yang terinfeksi di laboratorium, penelitian ini masih tahap awal (proof-of-concept) dan belum diuji pada manusia.
Ilmuwan lain juga mencoba menggunakan Crispr untuk melawan HIV. Excision BioTherapeutics mengatakan setelah 48 minggu, tiga sukarelawan dengan HIV tidak mengalami efek samping yang serius.
Namun Dr Jonathan Stoye, pakar virus di Francis Crick Institute di London, mengatakan menghilangkan HIV dari semua sel yang mungkin menampungnya di dalam tubuh merupakan hal yang sangat menantang.
“Efek pengobatan yang tidak tepat sasaran, dengan kemungkinan efek samping jangka panjang, masih menjadi perhatian. Oleh karena itu, tampaknya akan memakan waktu bertahun-tahun sebelum terapi berbasis Crispr menjadi rutin – bahkan dengan asumsi bahwa terapi tersebut terbukti efektif,” ungkapnya.
HIV menginfeksi dan menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh, menggunakan mekanisme mereka sendiri untuk menggandakan dirinya sendiri. Bahkan dengan pengobatan yang efektif, ada yang masuk ke kondisi istirahat, atau laten - sehingga mereka masih mengandung DNA, atau materi genetik, HIV, meskipun tidak secara aktif memproduksi virus baru.