JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Di tengah upaya pemulihan ekonomi global, dua ekonomi terbesar di dunia yaitu Jepang dan Inggris justru masuk dalam gelombang resesi.
Selain itu, perkembangan geopolitik seperti ketegangan di Laut Merah sebagai imbas dari konflik Timur Tengah masih menghambat jalur pergerakan barang.
Dalam situasi global yang belum stabil tersebut, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh dan tampak terkendali, termasuk sektor industri manufaktur.
BACA JUGA:3 Alasan Kaum Milenial Lebih Suka Mobil Hybrid Dibanding BEV
“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Februari 2024 mencapai 52,56, meningkat 0,21 poin dibandingkan Januari 2024,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan saat rilis IKI Februari di Jakarta pada Kamis (29/02).
Febri menjelaskan, kenaikan IKI pada Februari ini dipengaruhi oleh peningkatan nilai IKI pada 17 subsektor. Selain itu, Pemilu 2024 yang telah berlangsung juga merupakan faktor yang membuat ekspektasi pelaku usaha terhadap perekonomian domestik menjadi lebih optimis.
Penyelenggaraan pemilihan umum pada tahun 2024 di beberapa negara mitra utama Indonesia, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, India, dan Taiwan, juga mempengaruhi perilaku bisnis mereka ke Indonesia.
Kondisi umum kegiatan usaha di bulan Februari 2024 lebih baik dibanding bulan Januari 2024. Hal ini dilihat dari persentase responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat naik dari 30,1% menjadi 31,7%, atau responden yang menjawab meningkat dan stabil naik dari 76,4% menjadi 76,8%.
Jumlah subsektor industri yang mengalami ekspansi menjadi 17 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB triwulan IV - 2023 sebesar 87,91%.
BACA JUGA:7 Cara Tradisional Obati Angin Duduk, Nomor 1 Ternyata Hanya Bumbu Dapur
Nilai IKI terbesar atau ekspansi terbesar masih dialami oleh industri minuman, disusul oleh subsektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri makanan, industri barang galian bukan logam, dan industri farmasi, obat kimia dan tradisional.
Lebih lanjut, Febri menjelaskan beberapa subsektor yang mengalami penurunan produksi yang signifikan yaitu subsektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki; industri minuman; industri pengolahan tembakau; industri karet, barang karet dan plastik; industri makanan; industri barang logam bukan mesin; industri pakaian jadi; industri kendaraan bermotor, trailer; industri farmasi, obat kimia dan tradisional, dan seterusnya.
“Penurunan aktivitas produksi ini mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja industri,” Jelas Febri. (Bianca Chairunisa)