JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Fenomena kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan sampai kini masih belum menemui titik terangnya.
Bahkan sampai saat ini, harga bahan pokok di pasaran masih tidak stabil dan cenderung naik turun.
Peran pemerintah masih terus dipertanyakan oleh masyarakat. Walaupun dari pihak pemerintah sendiri juga sudah berupaya mengatasi krisis ini dengan cara pembagian bansos, harga bahan pokok di pasaran sudah kadung naik.
BACA JUGA:Update Harga Bahan Pangan Sembako Senin 26 Februari 2024, Beras dan Minyak Goreng Naik
BACA JUGA:Antisipasi Penimbunan Beras, Satgas Pangan Polri Sidak Gudang Bulog di Jakarta, Hasilnya?
Direktur Eksekutif Institute For Developments of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, bahwa hal ini disebabkan karena jumlah bansos yang diberikan masih terbilang kecil dan masih jauh dari kebutuhan.
“Karena jumlah bansosnya tidak mempengaruhi market, otomatis harga masih tertinggi. Yang kedua, secara distributif itu belum semua daerah dapat, sehingga banyak daerah yang gak kebagian ya harganya relatif tinggi.” Kata Tauhid dalam wawancara Disway Grup, Senin 26 Februari 2024.
Tauhid melanjutkan, hal lain yang menjadi kekhawatiran adalah tidak meratanya pendistribusian beras, terutama Ketika bulan Ramadhan hanya tinggal menghitung hari seperti ini.
BACA JUGA:Wajar Mahal, Biaya Produksi Beras Tembus Rp16,600 per Kilogram: Pedagang dan Penggilingan Menjerit!
BACA JUGA:Menguak Kelangkaan Beras Premium di Swalayan, HET Diduga Jadi Biang Keroknya?
“Meski Bulog katanya punya stok sampai satu jutaan, tapi produk-produk dari Bulog yang impor itu belum membanjiri ke pasar dan belum masuk ke pedagang di retail modern dan tradisional,” Ujar Tauhid.
“Bulan puasa kan tinggal 10-an hari. Nah, saya khawatir karena bulan puasa konsumsinya tinggi, sementara barang belum masuk ke pasar secara normal, ya harga masih akan tetap tinggi,” pungkasnya. (Bianca Chairunisa)