JAKARTA,RADARPENA,CO.ID - Presiden Indonesia ke-2 , HM Soeharto dan Hj Tien Soeharto semasa hidup memiliki enam orang anak.
Anak keempat mereka diberi nama Siti Hediati Harjadi atau masyarakat mengenalnya dengan nama Mbak Titiek.
Nama Mbak Titiek kembali mencuat ditengah masyarakat mengingat dia adalah mantan istri Prabowo Subianto.
Seperti yang diketahui Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka merupakan paslon peraih suara terbanyak versi Quick maupun Versi Real Count.
Data KPU per 17 Februari malam hasil Real Count Prabowo-Gibran unggul dengan perolehan suara 57,95 persen.
Menarik adalah, sang Mantan Istri, Mbak Titiek ikut merasakan kebahagiaan. Bahkan masyarakat banyak yang memberi dukungan bila keduanya rujuk dan Mbak Titiek menjadi ibu negara, jika kemenangan Prabowo telah diresmikan.
Siti Hediati Harjadi atau Mbak Titiek, lahir di Semarang 14 April 1959. Sejak kecil , Titiek bersama saudara-saudaranya hidup berkecukupan, karena ayahnya berprofesi sebagai tentara.
Saat Mbak Titiek lahir, masih sang ayah berpangkat Kolonel, tapi dalam waktu 10 tahun, pangkat dan jabatannya melesat.
Semua masyarakat Indonesia mengetahui bahwa ayahnya di tahun 1966 sudah menjadi Jenderal Bintang Empat sekaligus sebagai Presiden Republik Indonesia ke-2.
Sebagai anak Jenderal dan seorang Presiden, Hidup Mbak Titiek lebih dari cukup. Pendidikan tinggi berhasil didapat ibu dari seorang anak ini. Mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai Menengah Atas ditamatkannya.
Kemudian menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi UI, dan dimasa itu dia, berteman dengan Agus Martowardojo, sosok yang di masa depan menjadi Gubernur Bank Indonesia periode 2023 - 2018.
''Agus diajak teman kuliahnya Siti Hediati atau Titiek Soeharto bergabung dengan Maharani Holding, ''katanya dalam Biografinya berjudul Agus Martowardojo : pembawa perubahan (2029)
BACA JUGA:Didampingi Kucing Bobby, Prabowo Terima Ucapan Selamat dari Dubes China di Kertanegara
Menariknya masa-masa kuliah Titiek terekam oleh dosen yang kelak jadi mertuanya Soemitro Djojohadikusumo. Lewat biografi jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000).