Kedua definisi tersebut mencerminkan penggunaan gimmick sebagai strategi yang sementara dan seringkali kurang substansial, dimanfaatkan untuk menciptakan ketertarikan atau memperdaya, tergantung pada konteksnya.
Gimik Politik
Penggunaan istilah Revolusi Industri 4.0 dalam pidato dan kampanye oleh pemerintah dapat dianggap sebagai gimik politik yang meragukan.
Seiring dengan kritik yang muncul, terungkap bahwa implementasinya tidak selaras dengan visi yang diusung.
Menurut penelitian dalam buku "Ilmu Sosial Politik Masa Depan" oleh Afifah Eleksiani dan rekan-rekan, transformasi digital di Indonesia tampaknya lebih sebagai respons reaktif terhadap tekanan eksternal daripada sebuah langkah yang dijalankan dengan kesadaran dan dorongan internal pemerintahan.
Praktik ini memunculkan keraguan terkait niat sebenarnya pemerintah dalam menerapkan inovasi tersebut, mungkin lebih sebagai upaya politis untuk menciptakan citra modernitas tanpa dasar yang kuat.
Oleh karena itu, perlu adanya transparansi dan akuntabilitas dalam mewujudkan transformasi digital untuk memastikan bahwa hal tersebut benar-benar berdampak positif sesuai dengan visi yang diumumkan.
BACA JUGA:
- Dampingi Prabowo-Gibran, Begini Penampilan Erick Thohir dan AHY di Debat Cawapres
- Hotman Paris dan Inul Daratista Protes tarif Pajak Hiburan, Menko Airlangga Hartanto Setujui Tarif Lama
Pada Debat Cawapres 2024, Minggu, 21 Januari 2024, cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, menampilkan gestur mencari-cari setelah mendengar jawaban cawapres nomor urut 03, Mahfud Md, mengenai greenflation atau inflasi hijau.
Gibran menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk mencari jawaban yang dianggapnya tidak ditemukan atau tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukannya.
Dalam responsnya, Mahfud Md membalas gimik Gibran dengan mengaku juga sedang mencari jawaban dari Gibran. Menurutnya, jawaban Gibran dianggap ngarang dan ngawur.