Perang Tak Kunjung Usai, Bos Besar Dunia Mulai Khawatir, WEF Laporkan 5 Resiko Teratas

Minggu 14-01-2024,22:35 WIB
Reporter : Verly
Editor : Dery Sutardi

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Pelaku usaha dunia tengah dibuat khawatir dengan meluasnya perang yang terjadi beberapa waktu terakhir ini. Konflik ini ditakutkan akan membuat perekonomian dunia tertekan di masa mendatang.

Sebelumnya Global Risks Perception Survey 2023-2024 (GRPS) menyebarkan survey kepada 1.500 pelaku ekonomi mulai dari akademisi, pelaku usaha, pemerintahan, hingga publik.

Survey ini dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) pada September 2023 lalu.

Dari hasil survey yang dimuat  The Global Risks Report 2024 WEF menyatakan bahwa konflik senjata yang terjadi belakangan ini membuat kekhawatiran besar bagi para pelaku ekonomi dunia di tahun ini.

Bahkan akibat perang yang meluas, membuat kekhawatiran tersebut bisa terjadi dalam waktu 2 tahun atau setidaknya sampai tahun 2026.

BACA JUGA:Mengenal Sosok Adolfo Macias Villiar, Bos Geng Kartel Narkoba Asal Equador yang Berhasil Lolos dari Penjara

BACA JUGA:Miris! Ribuan Tentara Israel Cacat Permanen Imbas Perang dengan Kelompok Hamas di Gaza

Selain itu, Direktur Pelaksana WEF Saadia Zahidi mengatakan ada 5 resiko lain yang menjadi perhatian dari hasil survey tersebut seperti misinformasi dan disinformasi yang dibuat oleh artificial intelligence (AI), cuaca ekstrem, polarisasi sosial, hingga cyber insecurity.

Menurut World Economic Forum (WEF), konflik bersenjata antar negara menjadi resiko terbesar dibandingkan 5 resiko terbesar lain yang menjadi perhatian khusus dari responden.

Terutama setelah dunia dinilai semakin tidak damai dalam waktu satu dekade terakhir.

Tidak hanya bagi pelaku usaha, konflik bersenjata ini juga menempatkan posisi teratas dalam lima resiko besar di 20 negara yang telah di survey oleh Executive Opinion Survey WEF dalam The Global Risks Report 2024.

Di antaranya Mesir, Irak, Kazakhstan dan Serbia, dan merupakan risiko terbesar di Armenia, Georgia, Kyrgyzstan dan Jepang.

Executive Opinion Survey (EOS) itu sendiri merupakan survei yang dilakukan WEF terhadap setiap negara di dunia untuk jangka waktu dua tahun ke depan, dan dilakukan terhadap lebih dari 11 ribu pemimpin bisnis atau perusahaan dan 113 ekonom.

"Titik-titik konflik tertentu menyedot fokus dan membuat sumber daya negara-negara besar akan terbagi selama dua tahun ke depan, sehingga menurunkan keamanan global, mengganggu stabilitas sistem keuangan, dan rantai pasokan global," tulis keterangan WEF yang dikutip dari CNBC Indonesia pada Minggu, 14 Januari 2024.

BACA JUGA:Dampak Konflik di Laut Merah, Pengamat: Krisis Pangan dan Energi Global Berpotensi Terjadi

Kategori :