JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan 'Climate Outlook 2024' (Pandangan Iklim 2024) pada akhir tahun 2023.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pandangan iklim ini dapat menjadi panduan bagi kementerian atau lembaga pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, dalam merancang perencanaan kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan fenomena iklim.
Dalam pandangan tersebut, Dwikorita menyampaikan bahwa gangguan iklim dari Samudera Pasifik, yaitu El Nino-Southern Oscillation (ENSO) atau yang dikenal sebagai El Nino, diprediksi masih akan berlanjut di awal tahun 2024.
"Namun, sudah berada pada fase lemah-moderat, hingga akhir tahun 2024 diprediksikan berada pada fase netral," kata dia dalam keterangannya, Senin 1 Januari 2024.
BACA JUGA:8 Film Serial Netflix yang Rilis di Januari 2024, Jangan Sampai Ketinggalan
Selian itu, ada pula fenomena Dipol Samudra Hindia atau yang lebih sering disebut sebagai Indian Ocean Dipole (Indian Niño) yang merupakan penyebab gangguan iklim dari Samudera Hindia, diprediksikan akan berada pada fase netral dari awal hingga akhir tahun 2024.
"Dipol Samudra Hindia atau IOD didefinisikan sebagai perbedaan suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature/SST) antara wilayah timur dengan barat Samudera Hindia," ujarnya.
IOD memiliki dua fase yaitu positif dan negatif, dan umumnya bergerak selaras dengan fase Osilasi Selatan El Nino (ENSO).
Dua fenomena gangguan dari samudera tersebut, El Nino dan IOD, menyebabkan kondisi kemarau di Indonesia menjadi lebih kering dan lebih intens. Fenomena serupa dialami Indonesia pada 2019.
Berpotensi La Nina
Dwikorita menjelaskan, terdapat peluang kecil Indonesia akan mengalami fenomena La Nina yang merupakan pemicu anomali iklim basah.
"Berdasarkan dinamika atmosfer tersebut, jumlah curah hujan tahunan 2024 diprediksi umumnya berkisar pada kondisi normal," ucapnya.
BACA JUGA:Tips Meminum Kopi Ketika Jalani Intermitten Fasting, Program Diet Takkan Terganggu
Beberapa wilayah yang diprediksi mengalami hujan tahunan di atas normal meliputi sebagian kecil Aceh, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian kecil Riau, sebagian kecil Kalimantan Selatan, sebagian kecil Gorontalo, sebagian kecil Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat bagian utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Papua Barat dan Papua bagian utara.
Meski terkesan lebih 'basah', namun ada beberapa wilayah yang berpotensi tetap mengalami kekeringan karena secara iklim memiliki curah hujan rendah.