JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Pada baru-baru ini, isu terkait krisis ISBN di Indonesia banyak mencuat di media sosial X, (terdahulu disebut Twitter).
Banyak warganet mengeluhkan adanya banyak buku yang dinilai tidak layak diterbitkan tetapi memiliki nomor ISBN (International Standard Book Number).
Ketidakpuasan ini timbul karena banyaknya buku yang dianggap tidak memenuhi standar kelayakan sebagai karya tulis yang layak dicetak, baik dari segi isi maupun tata letaknya.
Salah satu faktor yang menjadi alasan terjadinya krisis ISBN adalah kebijakan pada institusi pendidikan.
Seiring dengan persyaratan kelulusan atau naik pangkat, banyak institusi yang mewajibkan pengajar dan mahasiswa untuk menerbitkan penelitian ber-ISBN.
Hal ini mendorong peningkatan permintaan akan nomor ISBN, sehingga menciptakan kesempatan bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memanfaatkannya dalam menerbitkan buku-buku tidak layak.
BACA JUGA:
- Mengenal Mantan Menlu AS Henry Kissinger, Seorang Yahudi Peramal Kehancuran Israel!
- Terungkap! Kronologi Bocornya 204 Juta Data KPU hingga Terjual di Internet, BSSN: Data Lama!
Lantas, apa itu krisis ISBN?
Krisis ISBN adalah kondisi saat terjadi penyalahgunaan atau ketidaktepatan penerbitan nomor ISBN (International Standard Book Number).
Sementara ISBN sendiri merupakan deretan angka dan disertai barcode yang tercantum pada sebuah buku serta berhubungan dengan penerbitan buku.
Dikutip Radarpena dari situs resmi Perpustakaan Nasional (Perpusnas), ISBN adalah kode pengidentifikasian buku yang berisi judul, penerbit, dan kelompok penerbit.
ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit secara internasional, memfasilitasi pengelolaan inventaris, penjualan, dan distribusi buku.
Ketika terjadi krisis ISBN, banyak buku yang diterbitkan tanpa melalui proses penilaian kualitas yang baik, sehingga menurunkan kredibilitas buku itu sendiri.
Awal Mula Krisis ISBN
Awalnya, krisis ISBN di Indonesia bermula dari teguran Badan Internasional ISBN London kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas).