Suiseki, Batu Alam Yang Memiliki Nilai Mahal

Senin 07-08-2023,15:26 WIB
Reporter : Marta Saras
Editor : Dimas Satriyo

Batu Suiseki -   Suiseki berasal dari Cina, yang disebut sebagai “Gongshi” atau batu cendekia, dan sampai batas tertentu juga dipengaruhi Korea, yang disebut “Suseok”. Disebut batu cendekia (sarjana) karena batuan yang terbentuk secara alami tersebut diapresiasi oleh para cendekiawan Cina dan dianggap memiliki nilai.

Suiseki merupakan salah satu di antara banyak seni estetika tradisional Jepang. Koleksi suiseki bisa ditemui disimpan di rumah, kebun, dan museum.

Orang Cina dikenal telah memiliki tradisi apresiasi pada batu yang terbentuk secara alami selama lebih dari dua ribu tahun. Gongshi yang setara dengan Suiseki masih dihargai di Cina dan sering dipamerkan pada berbagai kesempatan.

Antara tahun 592-628, Permaisuri Jepang Suiko menerima Gongshi pertama dari istana kekaisaran Cina. Memiliki bentuk ajaib dengan lubang dan permukaan yang sangat terkikis, batu tersebut sangat menarik bagi aristokrasi Jepang.

Batu-batu ini bukan sembarang batu yang bisa ditemukan di alam, mereka harus berupa batu ekspresif dan memiliki bentuk, warna, dan tekstur khusus untuk dikategorikan sebagai suiseki.

BACA JUGA:

Ada perbedaan antara lanskap dan objek batu. Yang pertama mencerminkan pemandangan seperti gunung, danau atau sungai, sedangkan batu lainnya memiliki bentuk objek yang menyerupai binatang atau patung.

Batu-batu tersebut berasal dari alam dan ditemukan di sungai, lautan, dan daerah karst. Mereka tidak diizinkan untuk dibentuk kembali.

Pengecualian adalah pemotongan batu memiliki dasar yang rata, sehingga dapat ditempatkan secara stabil di atas daiza , suiban atau doban , untuk dipajang dengan baik. Namun, ini mengurangi nilai mereka di mata beberapa peminat.

Minat pada Suiseki akhirnya diperluas dan berkembang sepanjang abad kedua puluh, dan tumbuh menjadi seni multi-budaya di komunitas internasional dengan peminat yang berasal dari seluruh dunia.

Seni batu suiseki cukup luas dikenal di Asia. Di Korea seni ini disebut Suseok yang berarti batu tua. Di Jepang disebut Suiseki yang artinya batu air, istilah ini digunakan untuk merujuk pada tradisi mengumpulkan dan mengapresiasi batu alam yang indah. 

Di Cina namanya Shangshe yang berarti batu indah. Sebagian ahli mengatakan Suiseki berasal dari kata Sui Sek, dalam bahasa Cina artinya batu yang terkikis atau diukir air jutaan tahun lamanya. Maknanya sama, yaitu batuan bernilai seni tinggi yang tercipta secara alami akibat proses alam yang berhubungan dengan air.

Daya pikat suiseki juga dapat dilihat dari warna, alur seratnya dan gambar yang ada pada batu. Semakin jelas warna dan motif, tentu semakin membuat kelas batunya.

Diantaranya batu hitam dengan motif teratai putih banyak di koleksi orang di Cina, Jepang dan Korea. Kemudian batu berwarna merah jasper, kuning, hijau apalagi dengan tambahan alur serta gambar lebih membuat tinggi kelasnya.

Klasifikasi dan evaluasi Suiseki berkisar pada bentuk, kemungkinan tanda, dan kehalusan warna.

Klasifikasi Batu Suiseki

  • Pemandangan Suiseki (Sansui keijo-seki): berupa gunung, pulau, air terjun, pantai atau garis pantai, gua, ngarai atau dataran tinggi.
  • Objek batu (Keisho-seki): mewakili orang, binatang, perahu, rumah atau jembatan. Klasifikasi berdasarkan permukaan
  • Celestial (Gensho-seki): dengan pola menyerupai bulan, matahari atau bintang.
  • Tumbuhan (Kigata-ishi): dengan pola yang menggambarkan bunga, buah, rerumputan, hutan atau bahkan Bonsai.
  • Cuaca (Tenko-seki): menyerupai hujan, sinar matahari yang intens, kilat atau salju.
  • Abstrak (Chusho-seki): dengan permukaan yang mirip dengan cetakan binatang, jaring kusut, dll.
Kategori :