Setelah Perang Dunia II berakhir, Oppenheimer terus aktif dalam pengembangan senjata nuklir untuk Amerika Serikat selama Perang Dingin. Namun, pada awal 1950-an, sikap politik dan asosiasinya dengan komunis mulai menjadi sorotan pemerintah AS. Ia dituduh bersekongkol dengan agen Soviet, meskipun akhirnya tidak terbukti. Sayangnya, tuduhan ini berdampak buruk pada kariernya.
BACA JUGA:Sejarah Pesawat, Siapa Saja Orang Hebat yang Terlibat dalam Perkembangannya?
Pengasingan dan Akhir Hidup
Pada tahun 1954, Oppenheimer diberhentikan dari proyek senjata nuklir karena tuduhan ketidaksetiaan. Ia dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional oleh pemerintah AS.
Meskipun terasa tidak adil bagi banyak kalangan, Oppenheimer menerima keputusan ini tanpa perlawanan. Setelah itu, ia kembali ke akademisi sebagai profesor di Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey.
Robert Oppenheimer meninggal pada 18 Februari 1967, meninggalkan warisan ilmiah yang tak terbantahkan, namun juga meninggalkan kontroversi dan pertanyaan etika yang tak terjawab.
BACA JUGA:Sejarah Louis Vuitton, Brand Terkenal Lahir Dari Tukang Koper
Robert Oppenheimer adalah seorang ilmuwan jenius yang menciptakan senjata paling mematikan dalam sejarah manusia, tetapi kecerdasannya juga digunakan untuk memajukan ilmu pengetahuan.
Warisannya menyisakan kisah moral tentang penggunaan kekuatan ilmiah dan etika dalam konteks perang dan perdamaian. Sebagai masyarakat, kita harus belajar dari kisah hidup Oppenheimer untuk memastikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan dengan bijaksana demi kemaslahatan umat manusia.***