Baiknya Jokowi Istirahat: Tak Perlu Jadi Ketum PSI, Tiru Langkah SBY Nikmati Hidup

Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni menyarankan jokowi ikuti jejak SBY-anisha-radarpena.co.id
JAKARTA, RADARPENA.CO.ID – Wacana keterlibatan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dalam dunia politik pasca lengser kembali mengemuka setelah ia mengisyaratkan keinginannya bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Bahkan, mantan Presiden itu secara terbuka menolak wacana dirinya masuk ke dalam bursa calon ketua umum PPP dan menyatakan lebih memilih PSI.
"Saya di PSI sajalah," ujar Jokowi beberapa waktu lalu, mengisyaratkan arah politik barunya setelah dua periode memimpin Indonesia.
BACA JUGA:Truk Tronton Terbalik di Tol Cikampek KM03, Begini Kondisi Pengemudi
Namun, langkah tersebut menuai sejumlah tanggapan, salah satunya datang dari Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni.
Ia secara terbuka menyarankan agar Jokowi mengikuti jejak Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang memilih pensiun dari politik praktis dan menikmati masa tua dengan tenang.
“Kiranya Pak Jokowi lihat contoh kaya Pak SBY, hidup tenang dan menikmati hidup setelah tidak lagi jadi presiden. Saya bangga lihatnya,” kata Sahroni di Jakarta, Senin (9/6).
Sahroni juga menyampaikan bahwa alangkah baiknya jika Jokowi kini berfokus pada peran sebagai ayah dan sosok pengayom bagi keluarga, apalagi anak dan menantunya kini aktif dalam politik nasional.
Gibran Rakabuming Raka kini menjabat sebagai Wakil Presiden terpilih, dan Bobby Nasution juga menapaki karier politiknya sebagai kepala daerah.
“Pak Jokowi sebagai ayah harus selalu ngawasin anak dan mantunya yang lagi bekerja untuk rakyat. Insya Allah mereka akan jadi penerus Pak Jokowi ke depan,” tambahnya.
Kembali Jadi Rakyat Saja
Masa pensiun politik bukanlah kemunduran. Banyak tokoh besar di dunia memilih untuk kembali ke akar kehidupan, mengajar, menulis, atau mengabdi secara non-formal. Jokowi, yang selama ini dikenal dekat dengan rakyat, bisa memilih jalan yang lebih sunyi tapi bermakna—alih-alih kembali ke panggung kekuasaan.
Masuk ke partai, bahkan menjadi ketua umum, memang hak setiap warga negara. Tapi pertanyaannya: apakah perlu?
Setelah dua periode menjabat, dengan warisan politik yang kuat dan pengaruh yang besar, mungkin langkah paling bijak adalah diam dalam keheningan—dan membiarkan generasi berikutnya tumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: