7 Penyebab Lunturnya Budaya Tata Krama di Kalangan Generasi Muda

7 Penyebab Lunturnya Budaya Tata Krama di Kalangan Generasi Muda

Ilustrasi foto: Pengaruh teknlogi disebut telah melunturkan budaya tata krama dikalangan anak muda-ilustrasi-unsplash.com

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pihak yang menyoroti perubahan perilaku sosial pada generasi muda, terutama terkait tata krama atau sopan santun.

Generasi sekarang sering dianggap kurang menghargai nilai-nilai kesopanan yang dulu dijunjung tinggi oleh para pendahlunya.

Hal ini pun menimbulkan pertanyaan, apa penyebab generasi sekarang tampak kurang memiliki sopan santun?

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menjelaskan fenomena ini:

1. Perubahan Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah tempat pertama anak-anak belajar tentang nilai-nilai kesopanan. Namun, perubahan dalam pola asuh, gaya hidup, dan struktur keluarga turut mempengaruhi perkembangan sopan santun generasi muda.

  • Kedua orang tua bekerja: Banyak keluarga saat ini memiliki kedua orang tua yang bekerja, sehingga waktu untuk mendidik anak tentang etika dan sopan santun mungkin terbatas.
  • Pola asuh permisif: Beberapa orang tua mengadopsi pola asuh yang lebih longgar, memberi kebebasan yang lebih besar kepada anak-anak tanpa batasan yang jelas tentang tata krama dan kesopanan.

2. Pengaruh Teknologi dan Media Sosial

Teknologi, khususnya media sosial, memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku generasi sekarang. Banyaknya interaksi yang dilakukan secara online telah mengubah cara orang, terutama anak muda, berkomunikasi.

  • Anonimitas: Media sosial sering memberi ilusi anonimitas, di mana seseorang merasa lebih bebas berbicara tanpa perlu memikirkan dampak langsung terhadap orang lain. Ini dapat mengurangi kepekaan terhadap norma kesopanan.
  • Kebiasaan interaksi online: Penggunaan media sosial yang intens dapat mengurangi frekuensi komunikasi tatap muka, yang secara tradisional adalah salah satu cara belajar sopan santun. Kebiasaan berkomunikasi dalam bentuk teks singkat, emoji, dan meme bisa membuat generasi muda kurang memahami pentingnya nada, bahasa tubuh, dan ekspresi sopan.

3. Perubahan Nilai Sosial dan Budaya

Masyarakat selalu berkembang, dan nilai-nilai yang dulu dianggap penting bisa berubah seiring waktu.

  • Gaya hidup individualis: Generasi sekarang hidup di era yang lebih individualis, di mana fokus pada diri sendiri dan pencapaian pribadi sering kali lebih diutamakan daripada kepentingan bersama. Hal ini bisa membuat nilai-nilai sosial seperti menghormati orang lain kurang mendapat perhatian.
  • Modernisasi dan kebebasan: Dalam era modern, kebebasan berekspresi menjadi sangat dihargai. Namun, kebebasan ini kadang-kadang disalahartikan sebagai hak untuk berbicara dan bertindak sesuka hati tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain.

4. Pengaruh Pendidikan

Sekolah seharusnya menjadi tempat untuk belajar tentang norma sosial dan sopan santun. Namun, fokus pada prestasi akademik yang semakin intensif mungkin telah menggeser perhatian dari pendidikan moral dan etika.

  • Kurangnya pendidikan karakter: Kurikulum pendidikan yang terlalu menekankan prestasi akademik dan teknologi terkadang mengabaikan pendidikan karakter, termasuk pengajaran sopan santun dan tata krama.
  • Tekanan akademik dan kurangnya waktu: Tekanan untuk mencapai prestasi tinggi di sekolah mungkin membuat guru dan siswa lebih berfokus pada hasil ujian daripada pada pengembangan soft skills seperti sopan santun.

5. Kurangnya Keteladanan

Generasi muda cenderung belajar dengan meniru apa yang mereka lihat di lingkungan sekitar, baik dari orang tua, guru, atau tokoh publik.

  • Kurangnya panutan positif: Jika anak-anak tumbuh tanpa melihat contoh nyata dari sopan santun yang baik dari orang dewasa di sekitar mereka, mereka mungkin tidak memahami pentingnya nilai-nilai tersebut.
  • Pengaruh tokoh publik: Banyak selebriti dan tokoh publik saat ini, terutama yang populer di media sosial, menampilkan gaya hidup yang tidak selalu mencerminkan kesopanan. Ini dapat menjadi contoh yang ditiru oleh generasi muda.

6. Lingkungan Sosial yang Kompetitif

Generasi sekarang tumbuh dalam dunia yang sangat kompetitif, di mana fokus pada pencapaian pribadi dan kesuksesan materi lebih besar daripada sebelumnya. Lingkungan semacam ini dapat mendorong sikap egois dan individualisme yang kuat.

  • Budaya persaingan: Dalam dunia yang kompetitif, orang cenderung lebih fokus pada diri sendiri dan pencapaian individu daripada pada orang lain. Hal ini dapat mengurangi kepekaan terhadap tata krama dalam berinteraksi sosial.
  • Tekanan sosial: Tekanan untuk selalu terlihat sukses di media sosial atau lingkungan profesional bisa membuat orang lebih fokus pada penampilan luar daripada mengasah sikap sopan santun yang tulus.

7. Pengaruh Konten Hiburan

Banyak konten hiburan modern, terutama yang diakses melalui media digital, menampilkan perilaku yang tidak mencerminkan norma kesopanan tradisional.

  • Normalisasi perilaku kasar: Beberapa acara televisi, film, atau konten online menampilkan perilaku kasar, cemooh, atau perdebatan yang sengit sebagai hiburan. Jika sering terpapar konten semacam ini, generasi muda mungkin menganggapnya sebagai hal yang biasa.
  • Pengaruh budaya populer: Budaya populer saat ini sering kali menekankan kebebasan berekspresi tanpa batas. Seringkali, ekspresi yang tidak terkontrol ini bisa melanggar norma sopan santun.

Kesimpulan

Perubahan pola asuh, pengaruh teknologi, modernisasi nilai sosial, dan kurangnya pendidikan karakter secara keseluruhan telah berkontribusi terhadap persepsi bahwa generasi sekarang kurang memiliki sopan santun.

Meski begitu, setiap generasi menghadapi tantangan dan adaptasi nilai-nilai yang berbeda sesuai dengan zamannya.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi masyarakat, terutama orang tua dan pendidik, untuk terus menanamkan pentingnya sopan santun, baik melalui keteladanan maupun pendidikan yang seimbang antara pencapaian akademik dan pengembangan karakter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: