Oknum TNI Terpancing Emosi, Ini Kronologi Kericuhan di Depan Kodam XIII Merdeka Manado

Oknum TNI Terpancing Emosi, Ini Kronologi Kericuhan di Depan Kodam XIII Merdeka Manado

Personel TNI AD dari Kodam Merdeka keluar untuk melerai. Namun ia terpancing emosi, salah satu peserta rombongan memprovokasi dengan menggeber knalpot, memicu bentrokan antara aparat dan warga yang berujung pada pemukulan terhadap yang bersangkutan.

Kejadian ini mencerminkan ketegangan antara rombongan pelayat dan warga setempat, diwarnai oleh pengaruh minuman keras dan perilaku provokatif. 

Dalam video yang beredar, terlihat adanya bentrok antara peserta iring-iringan jenazah dan warga di Jalan Teling Atas. 

Kejadian ini dipicu oleh knalpot bising pada kendaraan pengantar jenazah yang memang disengaja, sehingga memancing kemarahan warga. 

Seorang pengendara motor yang menggunakan knalpot bising akhirnya menjadi target pukulan dari personel TNI AD dan warga yang kesal.

Petugas provos berusaha menengahi situasi, terutama menghadapi warga yang berambut gondrong dan masih berupaya memukuli pengendara motor yang sudah terjatuh. 

BACA JUGA:

Kodam Merdeka saat ini sedang berupaya mengumpulkan informasi lebih lanjut untuk memahami konteks dan penyebab di balik insiden ini. 

Andrea H Poeloengan, anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) periode 2016-2020, mengungkapkan keprihatinannya terhadap insiden di Boyolali, Jawa Tengah, dan Manado, Sulawesi Utara. 

Menurutnya, potensi eskalasi konflik tersebut dapat meluas jika tidak ditangani secara tegas. 

Andrea mencatat pola serupa dalam kejadian tersebut, dimulai dari kerumunan, ketidakdisiplinan dalam berlalu lintas, hingga dugaan provokasi yang berujung pada kekerasan.

Ia menyoroti kurangnya sensitivitas dan empati terhadap lingkungan sekitar sebagai pemicu tindakan provokatif. 

Andrea juga menegaskan keterlibatan sejumlah anggota TNI sebagai pelaku kekerasan dalam peristiwa tersebut. 

"Sayangnya, hal-hal tadi, yang terjadi di Boyolali dan Manado ini memang melibatkan sejumlah oknum TNI sebagai pelaku kekerasan," kata Andrea di Jakarta, Sabtu, 6 Januari 2024.

BACA JUGA:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: