5 Film Dokumenter Indonesia Terbaik

5 Film Dokumenter Indonesia Terbaik

Film Dokumenter Terbaik -  Film Dokumenter adalah suatu Film yang mendokumentasikan kehidupan nyata. Di Indonesia sendiri, jenis Film ini sering kali mendapat pujian dari dunia internasional dan bahkan menyabet penghargaan paling bergengsi.

Film dokumenter Indonesia, ternyata gak kalah berkualitas dari negara lain, lho. Negeri tercinta ini tidak pernah kehabisan insan kreatif untuk melahirkan sebuah karya terbaiknya, termasuk melahirkan sebuah karya Film dokumenter.

Seiring berjalannya waktu, film Indonesia terus berkembang hingga sempat mencapai puncak pada era 1980-an. Kala itu, film-film Indonesia merajai layar-layar bioskop.

Kita banyak mengenal film bergenre aksi, komedi, drama, maupun horor. Selain itu, ada yang tak boleh dilewatkan yaitu film dokumenter. Saat ini film dokumenter menjadi film yang digadang-gadang adalah hasil produksi anak bangsa. 

Durasinya yang pendek namun sarat akan makna, menjadikan film dokumenter pantas menjadi salah satu rekomendasi tontonan cerdas.  

BACA JUGA:

Berikut, daftar film dokumenter terbaik Indonesia yang wajib kamu tonton.

1. Jagal: The Act of Killing

Film dokumenter ini sama halnya dengan Senyap, karya yang satu ini mengangkat topik mengenai Peristiwa G30S 1965 di Indonesia. Namun, sudut pandang yang Josue angkat adalah mengenai  pelaku genosida pasca peristiwa tersebut. Film yang rilis pada tahun 2012 ini, menampilkan tokoh utama yaitu Anwar Congo yang merupakan pendiri organisasi paramiliter yang bernama Pemuda Pancasila. Film ini terhitung menjadi karya yang cukup sensitif bagi Indonesia terutama ketika tayang pertama kali. Meskipun sensitif dan tabu, film ini cukup berhasil untuk mencapai kesuksesan. Apalagi karya Joshua yang satu ini banyak menyabet penghargaan misalnya pada Academy Awards khusus nominasi Film Terbaik Dokumenter.

 

2. Heaven for Insanity

Heaven for Insanity adalah film dokumenter tentang lembaga kejiwaan (a documentary about a mental institution). Film ini mengambil kisah tentang Watmo, pria yang hidup sesuai kemauannya. Dilihat sekilas, ia terlihat seperti orang gila. Ia bisa teriak di mana dan ke siapa saja. Tetangganya sedikit resah dan benar-benar menganggap Watmo gila sehingga seorang bernama Bakti, yang merupakan ketua administrasi lingkungan di sekitarnya, menyarankan agar Watmo dibawa ke lembaga kejiwaan di pinggiran Jakarta. Ketika hidup di lembaga tersebut, Watmo benar-benar terkekang. Ia harus menuruti peraturan lembaga dan mengikuti segala cara agar terlihat hidup lebih normal. Bahkan, sesekali ia harus dirantai agar diam. Setelah satu minggu, ia pun dianggap sembuh dan diperbolehkan untuk meninggalkan tempat yang berbanding terbalik dengan imajinasinya. Karena cerita Heaven for Insanity yang memukau, film garapan Dria Soetomo ini pun diganjar penghargaan film dokumenter pendek di Festival Film International Anuu-ru Aboro 2011 di New Caledonia, Prancis.

 

3. Semesta

Film dokumenter Indonesia lainnya yang tidak boleh dilewatkan adalah Semesta (2018). Digarap oleh sutradara Chairun Nissa, dokumenter ini diproduseri oleh aktor papan atas Indonesia yaitu Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin. Film ini dibintangi oleh Soraya Cassandra, Marselus Hasan, Agustinus Pius Inam hingga Almina Kacili yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Film dokumenter ini memperlihatkan keindahan dari keyakinan dan kebudayaan di tujuh provinsi Indonesia. Mereka menampilkan bagaimana perjuangan para individu melawan dan mengatasi perubahan iklim yang ekstrim. Dikabarkan, film ini berhasil melakukan penayangan perdana di Suncine International Environmental Film Festival di Barcelona, Spanyol.

 

4. Senyap

Film ini rilis atas kerjasama produksi dari Anonymous, Britdoc Foundation, dan Final Cut fo Real. Proyek pengerjaannya melibatkan salah satu sutradara film dokumenter terkenal asal Amerika Serikat bernama Joshua Oppenheimer. Sutradara yang satu ini juga menggarap karya dokumenter lain yang punya topik sama mengenai peristiwa G30S 1965 di Indonesia berjudul “Jagal” yang rilis lebih dulu dua tahun sebelumnya. Film “Senyap” mengambil sudut pandang dari orang-orang yang menjadi korban pembunuhan pada pasca peristiwa G30S 1965 di Indonesia. Karya ini berfokus pada satu tokoh bernama Adi yang merupakan penyintas dan keluarga dari yang orang-orang tuduh sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam cerita, Adi merupakan adik dari salah satu terduga PKI. Dia melakukan penelusuran terhadap jejak-jejak “hilang”-nya kakaknya tersebut pasca Peristiwa G30S tahun 1965. Pertemuan demi pertemuan bersama para “pemenang” membuat suasana dalam film ini bisa mengaduk-aduk perasaan para penonton. Berkat hal itulah “Senyap” mendapatkan beberapa penghargaan. Bahkan film yang satu ini menjadi film pertama Indonesia yang mampu tembus menjadi nominasi di Oscar. Sejak tahun 2014, Senyap diputar sebagai bentuk peringatan hari HAM Sedunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: