Hal ini akan memotivasi mereka untuk terus melakukannya. Pujian sederhana seperti "Kamu hebat sudah bilang terima kasih!" dapat membuat anak merasa dihargai dan lebih bersemangat untuk mempertahankan perilaku positif.
5. Atur Batasan yang Jelas
Anak juga perlu memahami batasan-batasan dalam berperilaku. Orang tua dan guru perlu menjelaskan tindakan apa saja yang tidak sesuai dengan tata krama, seperti berteriak, menyela pembicaraan, atau tidak menghormati orang yang lebih tua.
Dengan mengetahui batasan ini, anak akan lebih memahami pentingnya menjaga sikap yang baik.
6. Gunakan Cerita atau Permainan
Anak-anak cenderung lebih mudah memahami konsep tata krama melalui cerita atau permainan. Buku cerita yang menekankan pentingnya sopan santun atau permainan peran (role-playing) di mana anak belajar bagaimana berperilaku dalam situasi tertentu dapat membantu mereka lebih memahami dan menerapkan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan dalam Mengajarkan Tata Krama
1. Pengaruh Lingkungan dan Teknologi
Lingkungan sosial yang luas dan perkembangan teknologi, terutama media sosial, sering kali memperlihatkan perilaku yang tidak mencerminkan nilai sopan santun.
Anak-anak yang terpapar pada perilaku kasar atau tidak sopan di internet atau televisi mungkin meniru perilaku tersebut, sehingga mengajarkan tata krama bisa menjadi lebih menantang.
2. Perbedaan Nilai Budaya
Dalam masyarakat yang semakin global, anak-anak mungkin dihadapkan dengan berbagai norma budaya yang berbeda.
Misalnya, apa yang dianggap sopan dalam satu budaya bisa berbeda dengan budaya lain. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu menekankan fleksibilitas dalam tata krama, dengan tetap berpegang pada prinsip dasar menghargai orang lain.
3. Kurangnya Keteladanan
Jika anak tidak melihat contoh nyata dari sopan santun di lingkungan terdekat, seperti di rumah atau sekolah, mereka mungkin kesulitan memahami pentingnya nilai-nilai ini.
Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa di sekitar anak untuk selalu berperilaku sebagai contoh yang baik.