Viral di Medsos! Dua Bocah Dijodohkan dan Langsung Gelar Ramalan, Seluk Beluk Tradisi Perjodohan di Indonesia

Kamis 29-08-2024,11:53 WIB
Reporter : Dimas Satriyo
Editor : Dimas Satriyo

Dalam beberapa kasus, perjodohan dapat dilakukan oleh orang tua, tetapi persetujuan dan kehendak kedua belah pihak tetap menjadi faktor penting.

 

Sementara dalam beberapa tradisi Yahudi, perjodohan sedarah pernah umum dilakukan sebelum abad ke-20. 

Namun, saat ini prevalensinya menurun menjadi kurang dari 10%. 

Perjodohan dalam tradisi Yahudi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kebiasaan pernikahan anak, tradisi, budaya, agama, kemiskinan, dan pilihan yang terbatas.

Adapun dalam beberapa agama lain, seperti Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, perjodohan tidak diatur secara khusus dan lebih banyak didasarkan pada keputusan individu. 

Agama-agama ini cenderung memberikan kebebasan kepada individu untuk memilih pasangan hidup mereka sendiri.

 

  • Perjodohan dari Sudut Pandang Tradisi dan Budaya

Di beberapa negara Muslim dan di antara migran dari negara Muslim ke wilayah lain, perjodohan sedarah umum dilakukan dan merupakan preferensi budaya. 

Namun, perjodohan sedarah dilarang atau tidak diinginkan dalam sebagian besar masyarakat Kristen/Katolik, Hindu, dan Buddha

Sementara di Kamboja, suku Kreung memiliki tradisi perjodohan unik. 

Ayah yang memiliki anak perempuan akan membangun sebuah gubuk yang disebut "gubuk cinta" untuk anaknya. 

Gubuk ini dibuat dari bambu dan menjadi tempat anak perempuan tersebut bertemu dengan calon suami yang akan menjadi jodohnya.

 

Di Jepang, meskipun merupakan negara maju yang sangat modern, budaya perjodohan masih populer. 

Pada zaman dulu, orang tua dari pria dan wanita muda di Jepang mengatur pernikahan untuk anak mereka sendiri, atau dengan menggunakan mak comblang yang disebut "nakodo".

Kategori :