Kerentanan Kesehatan Mental di Kalangan Remaja

Sabtu 17-08-2024,20:01 WIB
Reporter : Viza Aulia Zahra
Editor : Putri Indah

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari segi fisik, psikologis, dan intelektual pada periode Remaja. 

Akan ada banyak tantangan terkait kesehatan fisik dan psikososial yang terjadi pada remaja, salah satunya adalah kesehatan mental. 

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, Kesehatan mental atau jiwa menurut undang – undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan social.

Sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan mental mempunyai pengaruh terhadap fisik seseorang dan juga akan mengganggu produktivitas.  

Kesehatan mental sangat penting untuk menunjang produktivitas dan kualitas kesehatan fisik.

Data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional  yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapaisekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang, sedangkan menurut Survey Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan 61% anak muda depresi dalam 1 bulan terakhir pernah berpikiran untuk mengakhiri hidup. 

Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), hanya sebagian kecil remaja mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan seperti dokter dan perawat (24,3%), petugas Puskesmas (3,7%), dokter spesialis/dokter spesialis jiwa (2,9%). 

Kebanyakan remaja dengan masalah mental juga mencari pertolongan kepada staf sekolah (38,2%), pemuka agama/ketua adat (20,5%), dan lainnya (2,6%) dan data Survey Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan hanya 10,4% anak muda dengan depresi yang mencari pengobatan. 

Hal ini mempengaruhi stigma remaja terkait kesehatan mental yang memiliki dampak sangat merugikan, seperti merasa malu atau takut untuk membicarakan masalah kesehatan mental mereka karena akan dijauhi oleh teman-teman atau dianggap "tidak normal". 

Akibatnya, banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan mental merasa terisolasi dan kesepian.

Pemahaman yang rendah terkait masalah kesehatan mental dan pencegahan depresi dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. 

Pengelolaan stres masing – masing individu berbeda, ada yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri dalam konteks spiritual keagamaan, hingga bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres. 

Untuk mengatasi stigma kesehatan mental pada remaja maka para pendidik, orang tua, tenaga kesehatan, dan masyarakat luas harus bekerja sama. 

Namun, kita pun dapat membantu remaja mengatasi stigma dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan untuk kesehatan mental yang lebih baik dengan membuat lingkungan yang mendukung dan inklusif.

Karena keberanian untuk berbicara dengan orang lain dan mencari pengobatan adalah salah satu langkah yang tepat untuk mengubah stigma negatif terkait masalah kesehatan jiwa, serta di era seperti ini sudah banyak platform yang menawarkan layanan konsultasi secara online, baik dengan biaya maupun gratis. 

Kategori :