Penetapan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriyah juga didasarkan pada keputusan Khalifah Umar bin Khattab.
Umar mengadopsi sistem penanggalan ini setelah membandingkannya dengan kalender Persia dan Romawi, serta dengan mempertimbangkan peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Tradisi Sebelum Islam
Sebelum Islam datang, Muharram dikenal dengan nama lain seperti "Zul-Qa'dah" atau "Zul-Hijjah". Namun, nama "Muharram" berasal dari kata "haram" yang berarti suci atau terlarang, karena pada bulan ini peperangan dilarang.
BACA JUGA:
- Malam 1 Suro: Perpaduan Budaya dan Religi dalam Islam di Jawa
- Imam Masjid Al Aqsa Palestina Pimpin Salat Idul Adha di Jakarta Islamic Centre
Orang-orang Quraisy di masa Jahiliyah juga sudah memiliki tradisi puasa pada hari Asyura, yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Keutamaan dalam Al-Quran
Muharram disebut dalam Al-Quran sebagai salah satu dari empat bulan suci yang disebutkan dalam Surat At-Taubah ayat 36. Al-Quran menyebutkan pentingnya bulan-bulan ini sebagai waktu untuk meningkatkan ketakwaan dan ibadah kepada Allah SWT.
Meningkatkan Ibadah
Bulan Muharram adalah kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah mereka. Selain puasa Asyura, berbagai amalan baik dianjurkan untuk dilakukan selama bulan ini untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Secara keseluruhan, Muharram bukan hanya bulan pertama dalam kalender Islam, tetapi juga bulan yang dipenuhi dengan makna historis dan spiritual. Kehormatan Muharram tidak hanya berasal dari awal tahun Hijriyah, tetapi juga dari berbagai tradisi dan peristiwa penting yang terjadi di bulan ini.
Muharram mengajak umat Islam untuk merenung dan memperbarui niat dalam menjalani tahun baru dengan lebih baik, lebih dekat kepada Allah SWT, dan lebih mendalami ajaran Islam.