JAKARTA,RADARPENA.CO.ID - Roket raksasa dan terkuat Starship milik SpaceX berhasil meluncur. Ini merupakan peluncuran keempat kalinya roket raksasa tersebut.
Starship meluncur dari fasilitas Starbase di Boca Chica, Texas. Roket ini meluncur pada Kamis, 6 Juni 2024 pukul 7:50 CT atau sekitar pukul 19.50 waktu Indonesia.
Sistem peluncuran Starship mencakup pesawat ruang angkasa bagian atas dan pendorong roket yang dikenal sebagai Super Heavy. Dari 33 mesin roket, 32 di antaranya menyala saat peluncuran.
Roket ini berhasil mencatat sejumlah rekor penting dalam penerbangan uji coba kali ini, termasuk bertahannya kapsul Starship saat masuk kembali ke atmosfer Bumi dan jatuhnya kapsul serta pendorongnya.
Setelah memisahkan diri dari pesawat ruang angkasa, pendorong Super Heavy untuk pertama kalinya berhasil melakukan pendaratan dengan baik dan mengalami percikan lembut di Teluk Meksiko sekitar delapan menit setelah peluncuran.
Sejarah Singkat Roket
Salah satu perangkat pertama yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip penting dalam penerbangan roket adalah burung kayu. Tulisan Aulus Gellius, seorang Romawi, menceritakan kisah seorang Yunani bernama Archytas yang tinggal di kota Tarentum, yang sekarang menjadi bagian dari Italia selatan. Sekitar tahun 400 SM, Archytas membuat bingung dan menghibur warga Tarentum dengan menerbangkan seekor merpati yang terbuat dari kayu. Uap yang keluar mendorong burung yang tergantung pada kabel.
BACA JUGA:KKB Papua Tebar Teror Lagi, Warga Pegunungan Bintang Ditebak Mati
Pada abad pertama Masehi, orang Cina dilaporkan memiliki bubuk mesiu sederhana yang terbuat dari sendawa, belerang, dan debu arang. Orang Cina mulai bereksperimen dengan tabung berisi bubuk mesiu. Pada titik tertentu, mereka menempelkan tabung bambu ke anak panah dan meluncurkannya dengan busur. Mereka segera menemukan bahwa tabung mesiu ini dapat meluncur sendiri hanya dengan tenaga yang dihasilkan dari gas yang keluar. Roket sesungguhnya telah lahir.
Tanggal yang melaporkan penggunaan pertama roket sejati adalah pada tahun 1232. Pada saat itu, Tiongkok dan Mongol sedang berperang satu sama lain. Selama pertempuran Kai-Keng, Tiongkok memukul mundur penjajah Mongol dengan rentetan "panah api yang beterbangan". Panah api ini adalah bentuk sederhana dari roket berbahan bakar padat. Sebuah tabung, yang salah satu ujungnya ditutup, berisi bubuk mesiu.
Setelah pertempuran Kai-Keng, bangsa Mongol memproduksi roket mereka sendiri dan mungkin bertanggung jawab atas penyebaran roket ke Eropa. Sepanjang abad ke-13 hingga ke-15 terdapat laporan tentang banyak eksperimen roket.
BACA JUGA:Diduga Pengaruh Alkohol, Sopir Angkot Tabrak 3 Motor di Depan Alun-alun Kota Bogor
Pada abad ke-16 roket tidak lagi digunakan sebagai senjata perang, meskipun masih digunakan untuk pertunjukan kembang api, dan pembuat kembang api Jerman, Johann Schmidlap, menemukan "roket langkah", sebuah kendaraan bertingkat untuk mengangkat kembang api ke ketinggian yang lebih tinggi. Roket langit besar (tahap pertama) membawa roket langit yang lebih kecil (tahap kedua). Ketika roket besar terbakar, maka roket yang lebih kecil akan terbakar.
Hampir semua penggunaan roket hingga saat ini adalah untuk peperangan atau kembang api, namun ada legenda Tiongkok kuno yang menarik yang melaporkan penggunaan roket sebagai alat transportasi.
BACA JUGA:Spesifikasi Lengkap Seres 7, SUV Hybrid yang Menggebrak Pasar Indonesia!