JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Kalender Jawa sering dijadikan acuan bagi masyarakat Jawa untuk mengadakan suatu acara atau kegiatan penting.
Maka dari itu tidak heran jika Kalender Jawa memang sangat dibutuhkan oleh kalangan masyarakat Jawa.
Selain bisa menentukan hari baik melalui kombinasi weton dan wuku, hari lahir menurut kalender Jawa juga dijadikan panduan mengenal watak seseorang.
Menariknya, kalender ini masih digunakan dan sangat dipercaya.
BACA JUGA:Bulan Suro dan Mitos Membangun Rumah di Kalangan Masyarakat Jawa
BACA JUGA:Mengenal Asal-Usul dan Sejarah dari Ramalan Weton Jawa, Yuk Pelajari
Sebagai pengingat, Kalender Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahannya serta daerah yang mendapat pengaruhnya.
Penanggalan ini memadukan sistem penanggalan Islam, sistem Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang merupakan bagian budaya Barat.
Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari yakni siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu, saptawara) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
Pada tahun 1633 Masehi (1555 Saka), Sultan Agung dari Mataram berusaha keras menanamkan agama Islam di Jawa.
Kemudian, di tahun 1633, Sultan Agung dari Mataram berusaha menanamkan agama Islam di Jawa.
Dekret dikeluarkan untuk menggantikan penanggalan Saka (berbasis Matahari) ke kalender lunar (berbasis bulan).
Keputusan Sultan Agung berlaku di Kesultanan Mataram, meliputi Jawa dan Madura, kecuali Banten, Jakarta, dan Banyuwangi.
Sebab ketiga daerah terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung.
Sementara, Pulau Bali dan Sumatera yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa, tidak ikut mengambil alih kalender karangan Sultan Agung.