JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Empty Sella Syndrome (ESS) adalah kondisi medis langka di mana sella turcica, rongga tulang di dasar tengkorak yang menampung kelenjar pituitari, tampak kosong atau mengecil pada pemeriksaan pencitraan seperti MRI atau CT scan.
Meskipun kelenjar pituitari mungkin tampak menyusut atau hilang, pada sebagian besar kasus, kelenjar tersebut masih berfungsi normal.
Namun, pada beberapa kasus, ESS dapat menyebabkan gangguan fungsi kelenjar pituitari, yang dikenal sebagai hipopituitarisme.
Gejala Empty Sella Syndrome
Gejala ESS dapat bervariasi tergantung pada apakah kelenjar pituitari masih berfungsi normal.
BACA JUGA:
- Kondisi Terkini Ruben Onsu Membaik Setelah Dirawat di Rumah Sakit
- Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diderita Komika Babe Cabita
Gejala umum ESS meliputi:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Gangguan penglihatan
- Penurunan libido
- Gangguan menstruasi
- Infertilitas
- Impotensi
Penyebab Empty Sella Syndrome
Penyebab pasti ESS masih belum diketahui.
Namun, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ESS meliputi:
- Peningkatan tekanan intrakranial, seperti yang disebabkan oleh tumor otak, cedera kepala, atau stroke
- Operasi atau radiasi pada kepala
- Penyakit inflamasi, seperti meningitis atau ensefalitis
- Kelainan bawaan, seperti arachnoiditis
Pengobatan Empty Sella Syndrome
Pengobatan ESS tergantung pada apakah kelenjar pituitari masih berfungsi normal.
Jika kelenjar pituitari berfungsi normal, tidak diperlukan pengobatan. Namun, jika kelenjar pituitari tidak berfungsi normal, terapi hormon pengganti akan diperlukan untuk menggantikan hormon yang hilang.
Penting untuk dicatat bahwa ESS adalah penyakit langka dan umumnya tidak berbahaya.
Namun, jika Anda mengalami gejala yang mungkin terkait dengan ESS, penting untuk menemui dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.