BACA JUGA:Jakasampurna Gelar Peringatan Isra Miraj dan Santunan, PLT Walikota Hadir Berikan Apresiasi
3) Sampaikan kebenaran walau pahit
Sepulang Nabi Muhammad SAW dari Isra’ Mi’raj, beliau sampaikan perjalanannya itu pada sekalian penduduk Makkah. Tapi apa respons mereka? Banyak di antara mereka tidak percaya.
Bahkan ada yang semula beriman, tapi setelah mendengar ‘cerita tidak masuk akal’ ini, mereka keluar dari Islam. Sampai Nabi Muhammad SAW harus menceritakan bukti-bukti untuk memperkuat argumennya; seperti soal bangunan Masjid Aqsha dan kafilah dagang yang beliau lihat saat Isra'.
Nabi tetap menyampaikan kabar peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialaminya dengan terus terang. Meski harus dibalas dengan cacian dan ejekan dari orang-orang musyrik. Bukankah beliau pernah bersabda, “Katakanlah kebenaran, walau pahit kenyataan.”
4) Syariat Nabi Muhammad SAW menghapus syariat nabi-nabi terdahulu
Saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah SAW menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu. Ini bukti bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW. Sekaligus menjadi isyarat bahwa syariat Nabi Muhammad SAW telah menghapus syariat nabi-nabi sebelumnya.
BACA JUGA:Isra Miraj, Inilah Kumpulan Amalan yang Bisa Dikerjakan
5) Keistimewaan Masjid Al-Aqsha bagi umat Muslim
Sebelum peristiwa Isra Mi’raj, Masjid Al-Aqsha dinamakan Baitul Maqdis. Perjalanan Isra' dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis dan Mi’raj dari Baitul Maqdis menuju langit dunia sampai bertemu Rabb-nya, merupakan isyarat bahwa Masjid Al-Aqsha memiliki keistimewaan bagi umat Islam.
Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Ka’bah. Pahala shalat di Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha) juga 500 kali lipat dibanding masjid biasa.
6) Islam adalah agama yang suci
Saat Nabi Muhammad SAW diberi pilihan antara air susu dan khamr, Nabi memilih susu. Kemudian Malaikat Jibril berkata, “Engkau telah diberi hadiah kesucian.” Ini sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama suci (fitrah). Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَArtinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum [30]: 30)
7) Pentingnya persoalan shalat