Mereka mempunyai misi meningkatkan kesejahteraan umat manusia di seluruh dunia.
Rockefeller mengklaim sebagai filantropi perintis yang mempromosikan kesejahteraan umat manusia dengan menemukan dan meningkatkan solusi untuk memajukan peluang dan membalikkan krisis iklim.
Yayasan ini disebut menerapkan data, ilmu pengetahuan, dan inovasi untuk meningkatkan kesehatan wanita dan anak-anak, menciptakan sistem pangan yang bergizi dan berkelanjutan, mengakhiri kemiskinan energi bagi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, dan memungkinkan mobilitas ekonomi.
Sejumlah fokus yang ditangani di antaranya masalah kesehatan, makanan, energi, pemerataan ekonomi, inovasi, hingga keuangan inovatif.
Mereka tidak hanya beroperasi di Amerika Serikat saja. Namun juga di belahan dunia lain, seperti Afrika, Asia, hingga Italia. Selain di New York dan Washington DC, Rockefeller turut membuka kantor di Bellagio Center (Italia), Nairobi (Kenya), dan Bangkok (Thailand).
BACA JUGA:Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, Masyarakat Diminta Lengkapi Dosis Vaksinasi, Kemenkes: Gratis!
Tanggapan Kominfo soal Rockefeller Foundation
Dalam keterangan resminya, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan, dokumen yang diklaim sebagai bukti atas klaim tersebut, yakni dokumen "Scenarios for the Future of Technology and International Development", bukanlah dokumen operasi untuk merencanakan pandemi Covid-19 pada 2020.
Dokumen tersebut berisi pandangan hipotetis tentang peristiwa masa depan untuk membayangkan masalah yang mungkin timbul, salah satunya pandemi global.
Dokumen ini juga mengeksplorasi bagaimana populasi global dapat bereaksi selama pandemi.
Rockefeller Foundation pun adalah yayasan yang dalam seabad ini telah banyak berkontribusi di bidang kesehatan masyarakat dan mendukung pengembangan vaksin untuk melindungi masyarakat dari berbagai penyakit menular.