Diketahui, China sudah lama mengandalkan angkatan kerja yang menua sebagai penggerak utama perekonomiannya.
Negara ini menghadapi tekanan yang semakin besar terhadap sistem layanan kesehatan dan pensiun seiring dengan pertumbuhan populasi pensiunan, yang diperkirakan akan meningkat sebesar 60% menjadi 400 juta pada tahun 2035.
"Cina tidak berbeda dengan negara-negara lain yang telah melakukan deindustrialisasi dan beralih ke sektor jasa. Penduduknya menjadi lebih terdidik, terampil, dan sehat, dan mereka ingin melakukan pekerjaan lain dibandingkan bekerja di pabrik atau konstruksi," kata Prof Gietel-Basten, dimuat BBC, dikutip Kamis 18 Januari 2024.
"Pemerintah menyadari hal ini dan telah merencanakan hal ini selama dekade terakhir sehingga diharapkan akan terus melanjutkan arah seperti ini," katanya merujuk kekhawatiran China.
BACA JUGA:Perdagangan Luar Negeri Indonesia Berhasil Kalahkan China? Ini Datanya
BACA JUGA:Badan Intelijen M16 Inggris Diduga Rekrut Mata-Mata Bongkar Rahasia China
Menurut PBB, Tiongkok yang pernah menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tahun lalu diambil alih oleh India.
"Seperti yang telah kita amati berulang kali di negara-negara dengan tingkat kesuburan rendah, penurunan kesuburan seringkali sangat sulit untuk diperbaiki," kata ahli demografi Universitas Michigan, Zhou Yun, dikutip Reuters, meragukan kenaikan demografi akan kembali terjadi di China.
"Pandemi Covid-19 kemungkinan besar mempengaruhi tren ini, karena dampaknya terhadap perekonomian seperti perlambatan ekonomi, tingginya angka pengangguran di kalangan generasi muda. Semua hal tersebut telah membuat orang enggan untuk menikah dan memiliki anak," tambahnya.