JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Cerpen "Catatan Aidid": Part 1.
'Tugasku di sini adalah juga sebagai kata-kata Tuhan. Aku tidak boleh lengah sedikit pun.'
' Jika masih ada jiwa yang bisa kuselamatkan, maka ia harus kuselamatkan.'
'Sebisa mungkin aku harus menyelamatkan para domba tersesat ini dari belenggu kegelapan.'
Aidid mengingat kembali komitmen dirinya sembari menatap keluar jendela apartemen-nya.
Beberapa saat kemudian, Aidid bisa mendengar langkah kaki seseorang dari luar apartemennya yang sedang menuju ke ruangannya.
Aidid dibekali kemampuan pendengaran, penciuman dan penglihatan aura untuk menjalankan profesinya di dunia fana.
Tak berapa lama kemudian, pintu ruangannya diketuk. Aidid melepaskan suatu ikatan mantra yang awalnya mengunci pintu itu.
"Masuklah Daniel! Dari suara langkahmu, sepertinya ada sesuatu hal gawat yang ingin kau laporkan." kata Aidid.
Daniel adalah kawan Aidid. Tinggi tubuhnya sekitar 168 cm, berbadan tegap namun gaya bicaranya sangat lembut.
Ia adalah seorang malaikat hati, yang berperan untuk mengingatkan setiap jiwa kedua manusia akan perbuatan murni dan tidak murni.
Ia yang mendominasi kata hati manusia dikala mengalami kegoyahan atau keraguan.
"Bacalah ini! Sebuah telegram dari Kongregasi gereja Katedral mengirimkan ini padaku pukul 6 pagi tadi." jawab Daniel sambil meletakkan sebuah amplop lebar di meja ruang tengah Aidid.
Aidid segera memungut amplop lebar tersebut setelah menuangkan dua gelas wine untuk dirinya dan juga Daniel.
Aidid melihat amplop tersebut terdapat cap basah dari logo Kongregasi Gereja Katedral.
Dan betapa terkejut dirinya ketika membaca isi informasi yang terdapat dalam amplop itu.
"Biarawati? Bunuh diri? Panti Asuhan St. Pieter?" ucap Aidid
Daniel duduk di sofa sambil meneguk wine miliknya, mengangkat alis sebagai tanda meng-iyakan.
"Kau tahu tempat kejadiannya Daniel?" tanya Aidid.
"Ya, kenapa?" balas Daniel
"Sebaiknya segera kenakan lagi jaketmu, kita harus berangkat ke sana sekarang."
Tanpa menunda waktu, mereka berdua segera beranjak pergi ke Tempat Kejadian Perkara.
Dengan mengendarai mobil Daniel, Aidid memintanya untuk bergegas.
"Lebih cepat! Kita harus sampai disana sebelum polisi memporak porandakan TKP lebih jauh, aku akan sulit meneliti pembuktian," ucap Aidid.
"Sebenarnya ada apa? Apa yang sempat terlintas pada benakmu? pada penglihatan masa lampaumu?" tanya Daniel
"Dikatakan Sang biarawati meninggal karena bunuh diri bukan?!
"Ya, diinformasikan bahwa Sang biarawati melompat dari menara lonceng yang menjadi puncak tertinggi kapel Panti Asuhan dan berlangsung jam 3 pagi. Kepala biarawati melihatnya, karena mendengar dentang lonceng tiba-tiba tepat pada jam 3 pagi yang seharusnya tidak ada jadwal membunyikan lonceng pada jam itu," jawab Daniel.
Bunuh diri termasuk pelanggaran dosa berat. Pelanggaran pasal pertama. Dan tentunya ada sebab yang membuat Sang Biarawati itu mengakhiri hidupnya. Aku mencurigainya sebagai Azazil," jawab Aidid.
Daniel terdiam mendengar apa yang diungkapkan Aidid. Sebab ia mengetahui, jiwa yang tersesat karena pelanggaran 10 Perintah Tuhan akan sulit untuk dimurnikan. Apalagi jika melanggar pasal pertama. Sudah bisa dipastikan Jiwa Sang Biarawati akan menjadi penghuni Neraka Abadi.
Tak berapa lama kemudian mereka berdua akhirnya tiba di Panti Asuhan St Pieter yang terletak di sudut kota.
Daniel dan Aidid segera menemui Kepala Biarawati yang sempat menjadi saksi mata kejadian.
Sang Kepala Biarawati menceritakan apa yang ia lihat dan ketahui. Sebab ia tahu tentang cincin yang dikenakan Aidid dan Daniel sebagai Tanda Suci.
Kepala Biarawati mengatakan bahwa gadis suci tersebut baru saja 5 bulan ditahbiskan. Beberapa minggu yang lalu sempat mendapat kabar bahwa, Ayahnya meninggal dunia karena sakit di kampung halaman. Kegoyahan hati tampak jelas menyelimuti dari wajah biarawati muda itu.
"Ia adalah gadis yang pandai dan beriman pada Tuhan, tapi semenjak saat itu seolah tidak ada sorot iman dari kedua matanya. Seringkali ia mengurung diri di kamar sembari menulis semacam Buku Harian," kata Kepala Biarawati.
"Catatan harian? Bisakah kami melihatnya?" tanya Aidid.
Sang Kepala Biarawati kemudian melangkah sejenak ke suatu tempat dan kemudian kembali dengan menggenggam sebuah buku berwarna coklat.
" Ini adalah Catatan Harian yang sangat berharga baginya. Saya sengaja tidak memberikannya pada pihak Kepolisian karena saya mengetahui adanya informasi tentang kalian berdua yang tentunya lebih ahli dalam mengungkap ini. Saat terakhir, ia meninggalkan Catatan Harian ini terbuka di meja tulisnya." kata Kepala Biarawati.
"Baiklah kalau begitu. Ijinkan kami membawa Catatan Harian ini untuk kami selidiki lebih lanjut." kata Aidid.
Sang Kepala Biarawati mengangguk mengiyakan, kemudian ia mendekap kedua tangan Aidid dengan berkata,
"Saya tahu Anda siapa, Dan apa yang bisa anda lakukan. Tolong, selamatkanlah jiwa gadis muda tersebut. Jangan biarkan Neraka mengambilnya."
Aidid tersenyum kemudian menjawab, "Ya! Pasti! Jiwanya akan diampuni oleh Surga."
Setelah berkata demikian Aidid dan Daniel meninggalkan tempat itu.
Mereka sempat melihat ke TKP yang masih diberi garis polisi.
Ketika Daniel menengadah ke langit dengan mata malaikatnya, ia melihat hal yang tidak beres berada diantara mereka. Awan yang tiba-tiba juga menjadi gelap menutupi cahaya matahari.
"Auranya terlalu gelap, Kegelapan yang berusaha menyembunyikan fakta," kata Daniel.
Aidid sempat merasakan ada yang sedang mengamati mereka di kejauhan. Namun sosoknya bersembunyi.
"Ya, dan biang keroknya ada juga disekitar sini," jawab Aidid.
>>> Bersambung ke Part 2
LINK ORIGINAL:KLIK DISINI