JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Sutradara film Zack Snyder dengan guraunya menceritakan kisahnya, bagaimana ia terinspirasi membuat naskah film Rebel Moon-Part One: A Child of Fire (2023).
Film Rebel Moon-Part One: A Child of Fire (2023) tentunya sudah sangat ditunggu - tunggu oleh penggemar genre fiksi ilmiah.
Zack Snyder, sutrada film yang menggarap naskah tersebut mengaku butuh waktu yang lama dan sangat panjang dalam proses penyusunannya.
Tidak hanya dalam hitungan hari, bahkan menurutnya sampai puluhan tahun.
Zack Snyder mengungkapnya hal ini saat mengadakan press conference yang digelar di Jepang, pada Senin 11 Desember 2023 yang lalu.
Dirinya menjelaskan bahwa film Rebel Moon-Part One: A Child of Fire (2023) yang berkisah tentang sebuah pemukiman yang ada di bulan tersebut sudah menjadi naskahnya sejak 20 tahun yang lalu.
Bahkan untuk ide ceritanya sudah jauh lebih lama lagi dari naskahnya. Tepatnya pada tahun 1977 silam.
BACA JUGA:Deretan Film Natal Terpopuler Sepanjang Masa, Cocok Temani Liburan Bersama Keluarga
BACA JUGA:Sinopsis The Boy And The Heron, Film Studio Ghibli yang Menduduki Puncak Box Office di Amerika
Zack menerangkan bahwa pada tahun 1977, dirinya sudah berusia 11 tahun dan saat itu sedang menyaksikan tayangan film Star Wars: Episode IV - A New Hope yang merupakan film garapan George Lucas.
Saat menonton film tersebut, dirinya terinspirasi dan yakin bahwa suatu saat nanti akan bisa membuat film yang sepeti Star Wars.
"Ide naskah ini mungkin sejak 1977. Setelah aku melihat Star Wars dan aku masih berusia 11 tahun, tapi aku berpikir,'Aku juga bisa membuat (film seperti) itu'," ujarnya seraya tertawa.
Tidak hanya itu, pada bagian visualnya, sang sutrada ini tidak sungkan menyebutkan salah satu majalah musik Heavy Metal. Zack Snyder menceritakan perkenalan dengan majalan tersebut secara tidak sengaja, ketika sang ibu salah beli.
Entah menjadi sebuah kebetulan atau tidak, Ia pun membacanya dan terinspirasi dari visual 'gila' yang mereka suguhkan di sana.
Baginya majalah tersebut mendobrak citra kreatif era tersebut di mana visual yang kasar bisa menjadi sinematik dan indah.